Showing posts with label aktivitas anak. Show all posts
Showing posts with label aktivitas anak. Show all posts

Anak dan kebutuhan bermain

Bermain adalah dunianya anak-anak. Anak-anak selalu senang diajak bermain.  Bahkan sejak lahir pun mereka sudah memiliki kebutuhan bermain. Coba ingat-ingat waktu bayinya anak kita, cukup diajakin main ci luk ba aja udah ketawa kegirangan.

Bermain menjadi sarana anak untuk belajar. Oleh sebab itu, mainan dan kebutuhan bermain anak ibarat smartphone dan kuota (lol) saling membutuhkan. Kuota tanpa hape buat apa, hape tanpa kuota pun tak berdaya. Itu mah ibarat aja ya, walau mirip-mirip dikit sih. Satu hal lagi anak yang usia 3 tahun ke atas itu pasti enggak pernah diam dan melamun, dia seringnya bermain mainan atau sesuatu yang menurutnya bisa dijadikan mainan seperti centong nasi misalnya.



Asal muasal mainan di rumah
Anak diajak ke mal lalu lewat di depan toko mainan pasti dia berhenti terus masuk, keliling eh, tahu-tahu main ambil aja terus dikasih ke emaknya.. lhaa... Emak pusing yang bayarnya.

Sejak jadi orang tua, biasanya kita jadi senang belanja mainan anak. Mulai dari boneka, mobilan, atau bela-belain ikutan arisan aneka mainan edukatif yang lagi rame. Kadang juga, anak dapet mainan dari kakek nenek atau om tantenya. Nah, kalau ini mah sudah pasti tak terelakkan lagi sebab bagi anak menerima mainan sebagai hadiah adalah hal yang paling membahagiakan. Sayangnya, kalau kebanyakan mainan yang menumpuk juga kan jadi bikin interior rumah emak gak instagram-able lagi, wkwk..

Ada satu lagi asal mainan yang dibuat sepenuh hati oleh orang tua di rumah. Hati yang berdesir ketika melihat ide-ide DIY mainan di pinterest bener-bener bikin hati emak serasa jadi emak terbaik. Nyari bahannya di rumah, gunting kertas, ngelem ini itu terus taraaa... Jadi deh mainan bikinan sendiri buat anak, seketika merasa bahagia bagai atlet peraih medali emas Asian Games, eh. 


Ekspektasi vs Realita
Niat hati mengajak anak main gunting aneka pola. Pola sudah dicetak, gunting disiapkan lalu diberi contoh cara menggunting. Anaknya malah membungkus gunting pakai kertas polanya. Duh ya, jadi gemas antara emak kecewa tujuan main jadi batal sama kelakuan anak yang begitu bebas dan kreatif bungkus gunting kek nasi uduk habis itu dibilang "bunda mau beli apa lagi?" Atau tiba-tiba anak berinisiatif sendiri ambil manik berwarna dan mangkuk, lalu bermain sorting color sendiri, tanpa diajak atau diminta, ajaib kan.. wkwkw


Ambil sendiri, main sendiri, insiatif sendiri

Anak-anak mah gitu kok emang, bebas... Apa aja yang bagi kita bukan mainan bagi mereka bisa jadi mainan yang menyenangkan hati. Seperti Kristal dulu senang banget sama plastik kresek. Semua jenis plastik kresek dari yang hitam sampai merk indom**et diisiin mainannya. Apa aja masuk ke dalam plastik mulai dari pensil, kartu, kertas, jepitan, tempelan kulkas sampai boneka. Katanya, "ini belanja Bun" iya nak iya. Di waktu lainnya, dia iseng menyusun benda-benda layaknya pink tower Montessori (waktu itu emak belum bikin Pink Tower). Sungguh kubangga padamu nak, memberdayakan apapun jadi mainan!


Mainan anak
Menara Segala Rupa, coba tebak apa aja yang ada? haha..

Setelah sekian purnama rencana bikin, akhirnya jadi juga.




Bermain memang hakikatnya adalah hak anak. Ini bahkan tertuang dalam peraturan PBB bagian Hak Asasi Manusia.¹ Iya, sepenting itu bermain sampai menjadi hak asasi anak *langsung berasa zalim kalau melarang anak main, duh ya...

Persatuan dokter spesialis anak di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa bermain sangat penting untuk perkembangan kognitif, fisik sosial dan emosional anak dan remaja. Bermain juga dapat menjadi kesempatan bagus bagi orang tua untuk membangun ikatan dengan anak-anaknya.² Nah, ini yang kadang kita lupa sebagai orang tua. Anak butuh juga kehadiran jiwa dan raga orang tuanya saat bermain bersama.

Senang kalau ketemu perosotan di mal, langsung ngacir

Tak bisa dipungkiri kehadiran smartphone di tangan orang tua kadang menjadi sekat antara kita dan anak kita. Walaupun raga kita menemani mereka bermain tetapi jiwa dan pikiran kita seringkali menerawang jauh ke dunia maya yang bertempat di berbagai media sosial, feed Instagram, Facebook, grup chat teman-teman dan lainnya. Justru saat bermain bersama itulah, anak-anak akan membentuk memori tentang kita, orang tuanya. Lantas, memori seperti apakah yang ingin kita bangun bersama anak-anak kita?

Menjadi orang tua kadang membuat kita merasa kehilangan waktu kita sendiri. Terlebih bagi orang tua dengan anak-anak balita hingga usia sekolah yang begitu cepat merasa exhausted. Kita mungkin lelah, ingin rehat sejenak setelah 24 jam setiap harinya berkutat dengan anak. Boleh melakukan itu, jika dengan rehat sejenak kita kembali lagi mengasuh anak-anak dengan lebih semangat.

Bermain dengan anak bukan sekedar menemaninya dengan gawai di tangan kita dan anak bermain sendiri. Lalu, ketika anak berbicara kita hanya menjawab "iya, ya dek" tanpa ada kontak mata, sebab kita terlalu sibuk melihat dunia yang lain. Kalau diperhatikan lagi, anak mah enggak perlu mainan yang macam-macam (mahal/ DIY atau apalah), satu hal yang pasti mereka akan lebih bahagia jika bermain bersama jiwa dan raga orang tuanya.


Ikatan, itulah yang dirasakan anak ketika bermain bersama orang tua. Mainan apapun hanya sebagai sarana. Kitalah, orang tuanya yang membangun ikatan itu, menguatkan ikatan itu tiap harinya dengan kontak mata, pelukan, ucapan sayang pada anak-anak.

Ada satu iklan yang mengambil latar dari sudut pandang anak dan orang tua. Saya sampe baper nontonnya, beneran meskipun Kristal belum segede anak-anak di video ini. Ketika para ibu dan ayah ditanya "kapan waktu favorit Anda?" maka ibu dan ayah menjawab dengan penuh keyakinan bahwa waktu favoritnya adalah melakukan hobi tanpa kehadiran anak. Lalu, saat anak ditanya hal yang sama apa jawabannya? Coba lihat sendiri...



Anak sungguh menganggap orang tuanyalah dunianya. Sumber kebahagiaan mereka. *ngetik sambil baper beneran abis ngelihat reaksi ibu, ayah yang pada baper juga lihat jawaban anak-anaknya, huhu....


Kalau yang ini anak-anak ditanya mau melakukan apa sama orang tuanya. Jawabannya lagi-lagi begitu sederhana, ingin melakukan hal yang menyenangkan bersama-sama. Ya, waktu bersama ayah dan ibunya sepenuhnya untuk mereka agar menjadi memori indah, sebab orang tua adalah dunianya anak-anak. Yuk, bermain dengan anak sepenuh jiwa dan raga kita sebagai orang tua! Bermain bersama anak akan membuat anak-anak kita membangun memori indah dan membahagiakan bersama orang tuanya.

Salam mainan dan bermain!







Referensi:
1. Ginsburg, Kenneth R. and the Committee on Communications, and the Committee on Psychosocial Aspects of Child and Family Health. Published online January 02, 2007. PEDIATRICS Vol. 119 No. 1 January 01, 2007 doi: 10.1542/peds.2006-2697

2. Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights. Convention on the Rights of the Child. General Assembly Resolution 44/25 of 20 November 1989. Available at: http://www.unhcr.org/protection/children/50f941fe9/united-nations-convention-rights-child-crc.html





Jadi orangtua di zaman milenial sekarang enggak gampang ya, tapi bukannya sulit juga sih *eh alah gak ngaku aje gue ahahhaa... Terlebih dengan banjirnya informasi tentang tumbuh kembang anak dari segala lini, mulai dari buku, website, komunitas ataupun media sosial.


Sebaiknya, informasi yang diperoleh tidak ditelan mentah-mentah dan dipraktikkan dalam pengasuhan anak. Sebab, belum tentu semua informasi tersebut valid adanya. Seperti layaknya anti-vaksin, yang asal comot, eh..gimana..





Pernah melihat video bayi yang bisa berenang sendiri? Saya pernah dan itu EMESSHH banget hahaa... apalagi anak ras Kaukasoid yang bule-bule imut gitu. Memang sih ada trainer dan orang tua yang menemani anak selama di dalam air tapi kan ya tetep mereka di dalem aer dan lucu!


Kali ini, saya ingin membahas tentang berenang pada balita. Saya sendiri sudah pernah dua kali mengajak Kristal berenang di kolam. Pertama di usia satu tahun lebih dan kedua kalinya kemarin usia dua tahun tujuh bulan.


Saya mah mengajak anak berenang cuma asal ajak aja, belum pakai ilmu, haha. Apalagi nyobain aquatic swim for baby itu belum pernah sama sekali. Akhirnya, saya jadi penasaran bagaimana sih urusan renang berenang ini untuk balita?

Sejak usia Kristal deket-deket dua tahun, saya sudah niatkan untuk membuat cat air sendiri. Ngapain sih pake repot banget bebikinan gitu? Eits, buat yang memang ada hobinya sih menyenangkan dan memuaskan aja bisa bikinin mainan untuk anak sendiri, ya kan. Nah, Saya ini model-model emak yang begitu deh, haha...





Kelebihan bikin cat air sendiri buat saya:

HEMAT
Bahan yang dipakai untuk membuat cat mudah didapatkan dan termasuk dalam harga yang terjangkau. Bayangkan saja kalau beli di toko bahan seni agak cukup menguras kantong yah. Saya sempat cari di katalog online ada yang selusin sekitar Rp 100.000,00 dan ada juga yang satuan dengan harga Rp 50.000,00 per warna. Mayan yaks. iye mayan bisa buat bikin ayam panggang madu wkkwk makan melulu. Inilah sebabnya saya getol dan niat sungguh-sungguh bikin cat air sendiri, puas deh mau bikin sepanci juga bisa kok.



AMAN
Bahan cat dari benda-benda yang tidak berbahaya karena berasal dari produk yang dipakai kita sendiri. Misalnya, tepung maizena (sudah jelas ini mah bisa buat masak kan, jadi AMAN!). Ada lagi Body Lotion (ini sih yang make emaknya ya, haha) AMAN! Terakhir, Bedak bayi sebenernya eksperimen saya sendiri. Iseng lihat komposisi bedak bayi eh, nemu corn flour (tepung jagung) nah, ini mah sama aja kayak maizena dong ya. Berarti bisa dipake buat nambahin adonan cat-lah ya. Berhubung juga bedak bayi masih banyak dan sudah mendekati masa kadaluarsa ya jadilah saya masukkan dalam ramuan cat air. Ini salah satu pengamalan ilmu dibuang sayang, wkwkw.


Alat dan bahan:
  1. Tepung Maizena/ Tepung Jagung (2 sdm)
  2. Body Lotion (Secukupnya) *bagi anak alergian bisa diganti dengan losion bayi yaa.. 
  3. Bedak Bayi (Secukupnya)
  4. Baby Oil (Beberapa tetes)
  5. Pewarna Makanan (Pakai warna primer aja merah, kuning, biru)
  6. Wadah Muffin
  7. Stik Pengaduk
  8. Sendok
  9. Mangkok Pencampur




Cara Membuat:
  1. Campurkan tepung maizena dengan bedak dan body lotion
  2. Aduk rata ketiga bahan. Takarannya sampai adonan cat cukup kalis tercampur seperti pasta.
  3. Pisahkan beberapa sendok adonan ke dalam wadah muffin. Wadah muffin ini saya pake karena ada aja di rumah dan sudah menganggur jadi difungsikan kembali. Pakai wadah sisa-sisa botol plastik biasa juga bisa yang ada tutupnya lebih baik.
  4. Berikan lima tetes pewarna merah, biru dan kuning masing-masing. Lalu aduk rata hingga tercampur ke semua adonan. Jika warna yang diinginkan masih belum pas, silakan tambah lagi beberapa tetes. Nah, warna primer bisa dicampur. Ambil lagi adonan, campur warna merah dan kuning untuk mendapatkan oranye, warna biru dan kuning untuk jadi hijau serta warna biru dan merah untuk jadi ungu. 
  5. Bentuk adonan akan seperti pasta, agar menambah cerah tambahkan baby oil ke masing-masing adonan warna cukup dua atau tiga tetes saja. Aduk lagi.
  6. Penggunaannya gampang, cukup ambil beberapa bagian dari cat air. Lalu, dicampur lagi dengan sedikit air (cukup kental seperti cat) dan bisa langsung untuk melukis. Jangan lupa siapkan kertas dan kuas.
Setelah semua dicampur





Manfaaat Aktivitas bagi anak: 
  • Merangsang kemampuan motorik halus. Melukis dengan kuas melatih koordinasi jari-jari untuk bergerak membentuk lukisan. 
  • Belajar mengenal warna, bentuk-bentuk yang dilukis.
  • Mendukung koordinasi mata dan tangan anak. 
  • Merangsang kreativitas


Pas melukis saya ajak Kristal buat bikin cap tangan dan kaki dari cat air ini. Awalnya dia geli-geli jijik gitu tapi akhirnya malah suka main ceplak cap tangan di kertas.