Shiva's Cozy Home

Memangnya, anak HS dapat imunisasi juga?

Lah, kenapa enggak? Kan tetap masuk haknya di usia sekolah dapat imunisasi kayak anak-anak sekolah biasa



Mungkin sebagian keluarga homeschooler yang lebih dulu praktik sudah lebih paham kondisi anak-anak HS. Bagi yang baru seperti kami memang harus aktif cari informasi sana-sini tentang imunisasi usia sekolah. Saya juga baru ingat pas kelas satu SD itu dapat imunisasi di sekolah dan dapat surat yang warna kuning terus dibawa pulang untuk ditandatangani orang tua. Jadilah, saya bertanya-tanya bagaimana ya supaya anak HS bisa vaksin juga dengan gratis karena masuk program pemerintah.




Jelang akhir tahun, di bulan November 2021 kami sudah menjalani homeschooling tingkat setara sekolah dasar selama enam bulan dan sudah terdaftar di PKBM. Saya pun tanya dengan teman-teman se-PKBM, berdasarkan pengalamannya bisa datang langsung ke puskesmas terdekat, bilang aja mau vaksin anak sekolah. Selain itu, ada juga teman lain yang mengatakan vaksin anak-anaknya sendiri di poli dokter spesialis dengan biaya sendiri tentunya.


Alhamdulillah saya ada teman yang bekerja di puskesmas jadi bisa langsung tanya perihal vaksin anak sekolah yang homeschooling. Ternyata memang masuk dalam cakupan program vaksinasi wajib dari pemerintah.

vaksin anak homeschooling
Jadwal Imunisasi anak SD

Tahun 2021, saya masih tinggal di Depok, jadi saya segera mengkonfirmasi puskesmas terdekat. Alhamdulillah, sejak covid jadi ada kontak WA puskesmas yang bisa ditanya tentang imunisasi. Katanya puskesmas nanti mulai imunisasi anak sekolah di bulan Desember dan bisa datang langsung cukup bawa kartu identitas anak.

Akhirnya, kami datang ke puskesmas, mendaftar untuk imunisasi anak sekolah. Setelah di ruangan vaksin, petugas kesehatan bertanya kelas berapa, sekolahnya dimana? Saya jelaskan anak kelas satu SD dan homeschooling. Petugas langsung oke dan menjelaskan vaksin yang akan disuntikkan itu dua kali, di tangan kanan dan kiri. Setelah selesai, petugas memberikan kartu imunisasi dan menuliskan vaksin yang diberikan sesuai usia anak saya.

Kartu Imunisasi si Kaka


Kartu Imunisasi


Alhamdulillah, semudah itu pengalaman kami imunisasi untuk anak HS. Jadi, mungkin bagi teman-teman HS lain yang anaknya masuk usia imunisasi boleh dicek dulu ke puskesmas di tempat tinggal. Ada kenalan lain, yang juga mau vaksin anaknya malah di ‘pingpong’ katanya harus ke PKBM terdaftar dan seperti dipersulit.

Saya penasaran tentang peraturan imunisasi ini, apakah memang anak HS tidak bisa imunisasi? Akhirnya, saya cari di google tentang peraturan imunisasi anak sekolah dan keluarlah peraturan dari website Kemendikbud. Bisa diunduh sendiri di sini. Ternyata memang imunisasi ini diperuntukkan bagi anak usia sekolah di pendidikan formal maupun bagi anak usia sekolah di pendidikan non-formal atau dari peraturan itu tidak bersekolah. Semuanya berhak dapat imunisasi sesuai usia dan gratis dari pemerintah.
imunisasi anak SD
Imunisasi untuk semua anak

Tahun 2022 saya pindah ke Bandung dan sudah siap-siap untuk cari info imunisasi anak SD kelas dua. Bulan November 2022, saya coba mengontak puskesmas terdekat dulu, menanyakan untuk imunisasi anak sekolah, kelas 2. Petugas pun mempersilakan saya untuk datang di hari khusus vaksin anak, cukup membawa kartu identitas anak.

Kami datang ke puskesmas di Bandung, mendaftarkan diri untuk imunisasi anak dan mengantre untuk dipanggil petugas. Saat di dalam, mungkin karena sudah hampir lewat waktunya, petugas menanyakan ke saya, “Kok baru sekarang? Kemarin kemana gak di sekolah?” 

Saya jawab saja sambil senyum, “Iya, ini homeschooling bu”. Petugasnya bertanya kelas berapa dan menyiapkan vaksin. Saya diminta menulis data anak di lembaran yang sudah hampir penuh dengan nama anak sekelas. Saya juga tidak diberikan catatan vaksinasi di kartu imunisasi yang saya sudah perlihatkan.

Memang perlu modal berani karena sebagai orangtua homeschooler kita sendiri yang menjadi advokat bagi kebutuhan anak ya. Berbeda dengan sekolah yang normalnya apa-apa akan diinfokan dari pihak sekolah atau guru. Oleh sebab itu, jadilah proaktif mencari info-info untuk kebutuhan kesehatan anak-anak kita sendiri. Jika teman-teman ada yang mungkin kesulitan imunisasi, mungkin saat datang ke puskesmas bisa menunjukkan peraturan imunisasi dari kemendikbud di atas. InsyaAllah, semuanya valid dan kita bisa meminta imunisasi untuk anak-anak Homeschooler.











Apakah yang terbayang dalam benak kita bahwa ada anak yang terlahir dengan berat sekitar 500 gram? Ya, beratnya nyaris sama dengan berat sebotol air mineral yang biasa kita beli saat kehausan. Lengannya begitu kecil sehingga merasa agak kesulitan untuk menggerakkan lengannya sendiri karena tak cukup kuat. Dadanya bergerak naik turun bagaikan haus akan oksigen, agak sulit baginya untuk bernafas sendiri.

Begitulah kondisi fisik anak prematur yang baru saja lahir. Anak prematur merupakan anak yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Banyak kemungkinan, anak bisa lahir di usia 8 bulan, 7 bulan bahkan kurang dari itu seperti 26 minggu atau 6 bulan. Kondisi ini menyebabkan fisiknya berbeda karena memang organ tubuhnya belum cukup matang, belum bisa berfungsi normal selayaknya anak yang lahir cukup usia kehamilan. 

                                


Tentu saja tubuh anak mungil ini membutuhkan penanganan khusus dan perawatan di rumah sakit setelah lahirnya. Ini bisa menyebabkan timbulnya rasa cemas bagi kedua orangtua dari anak prematur. Terlebih lagi menurut data World Health Organization (WHO) dari 10 kelahiran anak terdapat 1 anak terlahir prematur. Jadi, setiap tahunnya di dunia diperkirakan sebanyak 15 juta anak lahir dalam kondisi prematur.

Kondisi lahir prematur ini turut menjadi perhatian bagi dunia kesehatan anak. Setiap tanggal 17 November ditetapkan sebagai Hari Prematur Sedunia atau World Prematurity Day (WPD). Adapun tema yang diusung di Hari Prematur Sedunia tahun ini yaitu ‘‘A Parent's Embrace: A Powerful Therapy” atau bermakna Pelukan Orangtua: Terapi Terkuat.

Dalam rangka memperingati hari istimewa bagi anak dan keluarga dengan anak prematur Danone Specialized Nutrition Indonesia menyelenggarakan edukasi melalui webinar bertopik “Peran Orang Tua untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi”.

Webinar ini menghadirkan pembicara yang ahli di bidang kesehatan anak prematur yakni Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi. Webinar juga dihadiri oleh Bapak Arif Mujahidin selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia dan Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi selaku Psikolog Anak dan Keluarga serta seorang ibu dari anak lahir prematur yang akan membagi pengalamannya mengasuh sang anak.

Narasumber Bicara Gizi World Premature Day 2022

Berbagai Cara Mendukung kesehatan dan mengasuh anak lahir prematur

Bapak Arif Mujahidin mengungkapkan pentingnya peran orangtua dalam perawatan sejak dini pada anak lahir prematur. Setiap anak yang lahir baik prematur atau pun cukup bulan memiliki hak yang sama untuk bisa tumbuh sehat dan terpenuhi semua kebutuhannya baik fisik, emosi, dan kasih sayang. Oleh sebab itu, orangtua berperan penting untuk memberi asupan nutrisi anak lahir prematur dan juga perawatan sesuai kebutuhan anak sehingga hal ini akan membuat anak lahir prematur dapat tumbuh optimal.

Pembahasan mengenai pemantauan kesehatan anak prematur disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K). Prof. Rina menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak ini harus dipantau karena termasuk dalam kategori risiko tinggi. Khususnya anak prematur yang mempunyai risiko serta tantangan yang berbeda dibandingkan anak-anak yang lahir cukup bulan.

Prof. Rina menjelaskan terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang anak prematur diantaranya:

1.    Physical Health (Kesehatan fisik)
Masalah yang timbul pada anak lahir prematur bisa sangat bermacam-macam, kondisi pernapasan yang sulit dan ketergantungan pada oksigen terjadi akibat paru-paru yang belum mampu berfungsi. Anak prematur juga berisiko mengalami gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Sehingga orangtua harus melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Selain itu, anak bisa berisiko mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting. Inilah alasan mengapa pertumbuhan anak perlu dipantau dengan pengisian grafik pertumbuhan berdasarkan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala serta pemantauan aspek perkembangan anak.

2.    Learning and Cognition (Fungsi belajar dan kognitif)
Kemampuan kognitif dan bahasa anak lahir prematur harus distimulasi agar anak mampu mencerna informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini akan memengaruhi keterampilan pra sekolah dan kemampuan belajar anak di masa depan

3. Mental Health (Kesehatan jiwa)
Efek dari kelahiran prematur pada perilaku, kemampuan bersosialisasi, fungsi keseharian dan adanya gangguan perilaku seperti menarik diri dan keterlambatan bicara jelang awal usia 2 tahun bisa menjadi indikasi masalah autisme.

4. Quality of Life (Kualitas hidup)
Kualitas hidup mencakup pemenuhan fungsi aktivitas sehati-hari serta perasaan berharga (self esteem) anak. Kedua hal ini perlu diperhatikan orang tua dan orang-orang di sekitar agar anak memiliki kualitas hidup yang baik dan terpenuhi kebutuhannya. 


Anak prematur lahir dengan berat badan yang berbeda dengan anak cukup bulan. Jadi, targetnya bukan menjadikan anak itu sekedar gemuk atau bertubuh besar saja melainkan bagaimana caranya menjadikan berat anak prematur dari 500 gram saja menjadi semakin ideal seiring dengan pertambahan usianya. Ini menjadi tugas dokter dan tenaga kesehatan. Berat badan anak prematur tidak perlu terlalu cepat naik, yang terpenting beratnya naik memenuhi grafik pertumbuhan.

Oleh sebab itu, pemantauan anak yang lahir dalam kondisi berisiko tinggi harus terus dilanjutkan hingga usia 18 tahun. Ketika memasuki usia remaja, seorang anak tetap termasuk anak yang perlu diperhatikan kebutuhan dan perkembangannya. Jadi, orang tua tidak berhenti sampai perawatan anak selesai atau sampai usia 2 tahun saja, bahkan sampai anak memasuki usia dewasa agar bisa berkembang menjadi manusia yang unggul.

Psikolog Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi. menyampaikan bahwa tumbuh kembang anak dipengaruhi dari faktor genetik (nature) dan lingkungan (nurture). Faktor lingkungan yang berpengaruh diantaranya kondisi gizi, stimulasi serta kualitas pengasuhan dari lingkungan.Psikolog Irma menjelaskan saat orangtua melakukan stimulasi maka akan otak anak akan terpicu untuk membentuk sambungan baru antar sel-sel otak (sinaps). Jika semakin dirangsang dengan maka akan semakin kuat sinaps antar sel-sel otak. Oleh sebab itu, hal ini dapat membuat tumbuh kembang anak prematur secara kognitif pun meningkat. Anak-anak perlu diberi kesempatan mengeksplorasi diri dalam mencoba hal baru. Ini dapat dilakukan orangtua agar dapat banyak sel saraf yang tersambung secara kuat dan kompleks.

Psikolog Irma juga menyebutkan ada 6 cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mendukung potensi anak prematur. Berikut ini hal-hal yang bisa dimulai sedini mungkin oleh orangtua anak prematur:
  1. Kondisi anak prematur yang tidak biasa membutuhkan pemantauan khusus dan berkala oleh dokter. Orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan solusi dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami putera-puterinya.
  2. Selain memantau kondisi fisik anak, orang tua juga perlu meningkatkan imunitas anak prematur untuk menurunkan risiko gangguan kesehatan yang bisa terjadi
  3. Orangtua bisa membantu anak menemukan tanda awal potensinya. Perhatian pada kebiasaan dan minat anak dapat membuat orangtua mampu memotivasi anak untuk eksplorasi diri dan mendorong kreativitasnya.
  4. Penting bagi orangtua untuk menumbuhkan percaya diri anak. Hal ini dikarenakan anak begitu rentan terhadap rasa tidak percaya diri. Caranya adalah dengan memberikan kasih sayang, tidak memberikan label tertentu padanya, terus memotivasi anak untuk mau mencoba, serta apresiasi setiap usahanya saat melakukan hal sekecil apapun.
  5. Modifikasi kegiatan dan terapi dapat dilakukan orangtua dalam melatih aktivitas harian anak. Anak yang lahir prematur mungkin mengalami beberapa hambatan, namun mereka tetap bisa bereksplorasi agar potensi anak bisa berkembang optimal.
  6. Bagi orangtua sangat penting untuk dapat menjaga kualitas emosi. Orangtua yang terampil mengelola emosi akan lebih baik dalam mengoptimalkan kemampuan tumbuh kembang anak.

Orangtua yang lebih dulu mampu mengelola emosinya akan membuat anak tetap berada dalam hubungan yang aman dan nyaman. Sehingga kondisi anak yang prematur tidaklah jadi penghalang untuk anak dapat tumbuh sehat dan berprestasi. Menurut WHO, semua anak berhak mendapatkan makanan bergizi, memiliki tubuh sehat dan berkembang optimal serta hak untuk mendapatkan kesamaan. Inilah tugas orangtua dan orang dewasa dalam pengasuhan untuk memenuhi hak anak dan mendukung tumbuh kembang anak lahir prematur maupun anak lahir normal agar bisa tumbuh sehat dan berprestasi.



Salah satu anak lahir prematur yang dapat tumbuh sehat berprestasi ada pada puteri Ibu Desi Fatwa yang bernama Benazir Shahnaz Alqori yang biasa disapa Shahnaz. Ibu Desi menceritakan di usia kandungan 25 minggu Shahnaz lahir dengan berat badan 529 gram. Ia tumbuh dengan perawatan khusus di rumah sakit dan pemantauan ketat dari dokter anak dan saat ini ia sudah bersekolah di kelas 9. Sebuah perjuangan yan besar telah dilalui Shahnaz dan keluarga hingga bisa tumbuh sehat dan baik seperti anak lahir normal lainnya. Shahnaz juga tidak terhalang untuk bisa berprestasi, ia mengikuti olimpiade matematika dan sains nasional. Selain itu, Shahnaz akan mewakili sekolah untuk tampil di Manila Orchestra atas undangan Kedutaan Besar Indonesia di Filipina.

Cerita Ibu Desi dan puterinya adalah bukti bahwa ketekunan orangtua dalam memenuhi nutrisi dan semangat dalam menstimulasi anak lahir prematur menjadikan anak bisa tumbuh sehat dan berpretasi. Selain itu, kasih sayang dari keluarga dan orang terdekat juga menjadi pendukung utama dalam meningkatkan perkembangan emosi anak. 

Stevie Wonder performs during the 48th Annual Academy of Country Music Awards at the MGM Grand Garden Arena on April 7, 2013, in Las Vegas, Nevada


Salah satu tokoh yang juga lahir prematur adalah musisi Stevie Wonder dari Amerika Serikat. Ia lahir pada usia kehamilan 34 minggu pada tahun 1950. Saat itu ia dirawat dalam inkubator dan mengalami komplikasi prematur yang menyebabkan retinanya rusak sehingga ia kehilangan penglihatan setelah perawatan khusus. Hal ini tidak membuatnya jatuh justru ia berkata pada ibunya, “jangan mengkhawatirkanku karena kebutaanku karena aku bahagia”. Sebelum mencapai umur 10 tahun Stevie sudah ahli memainkan alat musik piano, harmonika dan drum hingga akhirnya ia menjadi musisi yang cerdas dan dapat memenangkan penghargaan Academy Oscar tahun 1985.¹

Ternyata anak-anak yang lahir prematur dengan dukungan fisik, psikologis dan kasih sayang yang tepat akan mampu tumbuh sehat dan baik sebagaimana anak lain. Pemenuhan nutrisi yang bergizi baik, dukungan emosi dan eksplorasi potensi anak yang tepat serta cinta kasih dari keluarga terdekat menjadi hal penting untuk anak-anak lahir prematur berprestasi di masa pertumbuhannya. 




Referensi:
1. Chang, Rachel. 2019. How Stevie Wonder Lost His Sight. https://www.biography.com/news/stevie-wonder-blindness-vision-loss (diakses 20 November 2022) 






Sebelumnya saya hanya pernah sayup-sayup mendengar tentang homeschooling. Dulu itu berlaku bagi anak-anak yang jadi artis di usia sekolah karena waktunya terbagi antara pekerjaan dan belajar. Eh, ternyata bukan begitu konsepnya! Suami saya sudah mendengungkan ide ini sejak anak kami berusia satu-dua tahun gitu, saya yang anak sekolah negeri tulen agak heran juga dengan konsep ini, lha ya coba gimana gitu gak sekolah dan ambil ujian persamaan paket pendidikan, yakin nih?

Saya pun mulai cari tahu konsep pendidikan bernama homeschooling (HS). Saya ikuti webinar dari pasangan suami istri yang full homeschooling ketiga anaknya. Banyak yang saya tanyakan, diskusikan dan akhirnya membuat pikiran saya lebih terbuka mengenai konsep ini. Selain itu, saya juga diperlihatkan dan bertemu keluarga lainnya yang juga menerapkan HS. Lalu, saya terpukau wkwkw…

Photo by Taylor Heery on Unsplash


Anak saya sudah memasuki usia 2 tahun lebih, saya bertemu metode belajar anak yang menyenangkan dan berlanjut dengan kesepakatan bahwa konsep ini bisa diterapkan pada anak. Saya pun mempelajarinya dan membuat sendiri beberapa alat belajar (aparatus) di rumah berbekal sumber dari blog dan website di internet. Saya hampir mau lanjut kuliah sertifikasinya lho, dulu sih biayanya puluhan juta setahun, hahaha gak tahu deh kalau sekarang berapa. Lalu, saya diskusi ke teman yang sudah kuliah duluan dan menurutnya jika buat di rumah sih tak perlu-perlu banget ambil kuliah diploma. 



Akhirnya, saat anak memasuki usia 4 tahun lebih saya makin intens mengajarkannya membaca, menulis dan hal penting terkait iman dan ibadah. Alhamdulillah, anak saya dimudahkan belajar membaca melalui fonik dan bisa membaca lancar di umur 4 tahun lebih. Pas tahun 2020, masuk 5 tahun masih nyari sekolah gitu, terus Covid, jadi berpikir ulang tentang rencana sekolah formal dan sepertinya tidak bisa berharap banyak pada sekolah formal. Akhirnya, kami memutuskan tidak menyekolahkannya ke TK dan belajar di rumah saja.


Saat itu saya juga belum mendaftarkan anak ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) karena masih mencari yang cocok. Jadi, masuk SD kelas 1 nanti sudah sekalian daftar PKBM. Eh, jadi niat HS nih? Iya, karena kami saat itu harusnya pindah ke Bandung karena suami saya melanjutkan sekolah juga. Setelah itu, belum tahu pasti akan tinggal dimana, terus kalau pindah sekolah dan nyari-nyari lagi sepertinya melelahkan juga. Selain itu, saya merasa dengan homeschooling bisa lebih fleksibel memilih metode belajar untuk anak yang ternyata ada banyak banget, haha.


PKBM itu banyak ya dan memang ada yang khusus bagi anak-anak tidak bisa sekolah formal terkendala biaya dan kemampuan, ada juga yang sangat mendukung HS karena biasanya yang bikin orang tua yang pengalaman HS untuk anak-anaknya. Saya sempat cari-cari tahu di beberapa tempat termasuk cara belajar, kurikulum yang saklek atau fleksibel dan juga biaya pendidikannya termasuk uang tahunan, SPP dan biaya lain-lain. Alhamdulillah, setelah muter-muter ke sana sini, kami bisa menemukan tempat yang saat ini insya Allah baik sebagai rekan kami untuk HS. Tempat yang nyaman dan sangat mendukung atmosfer untuk cinta ilmu dan belajar.

Keputusan HS tidak bisa dadakan, perlu pertimbangan yang matang dan hendaknya bukan jadi bentuk kekecewaan kita pada pendidikan formal yang pernah kita jalani dulu, misalnya karena dulu di sekolah umum begini, begitu, dan pernah banyak dapat “luka” akhirnya memutuskan HS. 

Justru berangkatlah HS bukan karena kekecewaan atau luka dan perasaan negatif dari pengalaman melainkan kita inginkan cara baru dan metode yang bisa menyesuaikan dan disesuaikan dengan kondisi anak & orang tua untuk mendukung pendidikan. Belajar bisa di mana saja, tidak mesti berangkat sekolah, baik formal dan non-formal semuanya sama-sama punya kebaikan dan tentu kekurangan. 

Photo by sofatutor on Unsplash


Mari ambil yang baik dan sesuaikan dengan kondisi tiap keluarga. Saya tidak sugar coating HS itu paling enak, justru emang paling ribet wkwk… haha begitulah rasanya. Mesti mau belajar dan tumbuh bersama anak, open mind dan growth mindset jadi modal besar orang tua yang memutuskan HS.
Awan abu-abu mulai menutupi langit kota Bandung sore itu. Udara sejuk semakin menenangkan pikiran, tepat menemani saya saat ikut serta kegiatan Danone Community Engagement Day 2022. Acara hari itu merupakan kumpul komunitas Danone Blogger dan Vlogger bersama Danone Indonesia. Selama pandemi ini memang semua kegiatan diadakan secara daring, tetapi itu tidak menyurutkan saya bersama teman-teman untuk bersemangat hadir. Terlebih lagi, Community Engagement Day sore ini bertajuk KIAT2022 kepanjangan dari Kelas Intensif Membuat Konten, benar-benar pas dengan saya yang mulai semangat lagi bikin konten. 

Photo by Francesco Gallarotti on Unsplash

Jadi, sebagai pembuat konten baik blog ataupun vlog saya merasa acara ini penting banget. Di era derasnya informasi tersebar, membuat saya harus hati-hati dalam membuat konten agar terhindar dari berita palsu dan informasi yang salah. Kemampuan berpikir kritis memang perlu dimiliki seorang kreator. Sebab kreator akan membawa informasi untuk dinikmati khalayak. Oleh karena itu, Kelas Intensif Membuat Konten bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan konten terkait isu keberlanjutan lingkungan & masyarakat.

Berdasarkan BBC Indonesia, bencana kekeringan terjadi bersamaan di Amerika Utara, Eropa dan Mediterania, dan China. ¹ Selain itu, baru saja akhir Agustus ini terjadi bencana banjir di Pakistan. Hal ini merupakan satu dari efek perubahan iklim. Bumi sedang tidak baik-baik saja, karena itu semua yang mencintai bumi harus bergerak untuk menjaga kelestariannya. Hal inilah yang menjadi tema pertemuan Danone Community Engagement Day 2022 yaitu, “Mengenal Penerapan Bisnis Berkelanjutan untuk Indonesia Lestari”.

Acara ini menghadirkan Content Creator; Gerald Vincent, Agriculture Manager Danone Indonesia Bapak Budi Rahardjo; serta Downstream Packaging Manager Danone Indonesia, Ibu Annie Wahyuni. Bapak Arif Mujahidin, selaku Corporate Communications Director Danone Indonesia memaparkan bahwa Danone Indonesia memiliki komitmen ganda dalam menjalankan bisnis yang juga sejalan dengan kemajuan lingkungan dan sosial, memiliki fokus yang sejalan dengan implementasi target Sustainable Development Goals (SDGs) dan target pemerintah dalam aspek keberlanjutan.

Narasumber KIAT Membuat Konten 2022 *dok: Danone

Menurut saya, upaya yang dilakukan Danone sebagai bisnis yang peduli lingkungan menjadi nilai yang begitu membanggakan. Saya pun jadi terinspirasi jika suatu hari nanti memiliki bisnis sendiri, saya ingin bisnis yang sustainable dan tetap dapat melindungi bumi. Narasumber pertama adalah Bapak Budi Rahardjo yang merupakan Agriculture Manager Danone Indonesia. Saya sempat bingung juga nih, Danone kan bukan perusahaan tani, kenapa bisa punya agriculture manager? Akhirnya, penjelasan Pak Budi menjawab rasa penasaran saya.

Fokus Bisnis Berkelanjutan

Danone Indonesia memiliki misi One Planet, One Health yang bertujuan untuk membangun masa depan lebih sehat dengan menciptakan gaya hidup sehat serta ekosistem dan alam yang sehat. Oleh sebab itu, dari inisiatif One Planet lahirlah empat pilar yang berfokus pada Climate, Water, Circular Packaging, dan Agriculture.

Bapak Budi Rahardjo menjelaskan bahwa saat ini akan diperlukan lebih banyak upaya dan inovasi agar dapat meningkatkan produksi pertanian berkelanjutan, maka pilar agrikultur Danone Indonesia menginisiasi program Regenerative Agriculture. Melalui penerapan pertanian berkelanjutan, diharapkan dapat melakukan transformasi dan menjaga food system atau rantai makanan dengan baik. Hal ini bertujuan agar dapat memenuhi akses nutrisi bagi seluruh masyarakat dan menurunkan angka kelaparan.

Regenerative Agriculture adalah bentuk pertanian yang meremajakan melalui praktik pertanian regeneratif yang melindungi tanah, meningkatkan kesejahteraan hewan dan turut memberdayakan generasi baru petani,” papar Budi Rahardjo.

Selanjutnya, yang juga tidak kalah menarik adalah penjelasan dari Ibu Annie Wahyuni mengenai penerapan ekonomi sirkular Danone-Aqua. Beliau merupakan Downstream Packaging Manager Danone Indonesia dan memulai pembahasan dengan pertanyaan ternyata jawabannya “wow” banget, yaitu, “pada sektor manakah masyarakat paling tidak peduli?” dan jawabannya berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 masyarakat Indonesia dominan tidak peduli pada pengelolaan sampah. Masalah ini memang belum jadi kesadaran utama di masyarakat padahal sangat berdampak bagi lingkungan.

Danone Indonesia sangat menyadari bahwa dampak sampah akibat dari bisnis seperti biasa (Business as Usual) akan membuat hampir tiga kali lebih banyak dari awalnya 11 juta menjadi sebesar 29 juta ton sisa plastik yang bocor ke laut pada tahun 2040. Selain itu, akan muncul juga dampak yang mengganggu sektor lingkungan, ekonomi, dan sosial.
 
Pendekatan Ekonomi Sirkular

Oleh sebab itu, Danone berupaya mendukung pergeseran sistemik dari linear ke ekonomi sirkular untuk pengemasan. Ibu Annie juga menjelaskan bahwa “diperlukan aspek kemasan yang ramah lingkungan dan aman bagi konsumen. Hal ini membuat kemasan memiliki peran untuk melindungi manfaat gizi dan kualitas produk dan memungkinkan produk dapat disimpan, diangkut, dan digunakan dengan aman”.

Sejak 2018 Danone sudah mulai mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menciptakan ekonomi sirkular melalui gerakan #BijakBerplastik. Salah satu program untuk mendukung #BijakBerplastik adalah dengan menggunakan kemasan yang 100% dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, atau kompos, serta meningkatkan konten bahan daur ulang hingga 50%. Hingga saat ini Danone juga mendirikan AQUA Recycling Business Unit (RBU) yang merupakan pusat daur ulang limbah plastik di enam tempat di Indonesia berpartner dengan VEOLIA.

Menjadi Konten Kreator Luar Biasa

Narasumber berikutnya merupakan seorang pembuat konten yang viral di media sosial, yaitu Gerald Vincent. Ia akan membagikan tipsnya bagi Keluarga Danone Bloggers dan Vloggers mengenai cara membuat konten yang memiliki nilai bagi audiens. Saya semakin penasaran, sebab Vincent menceritakan bahwa, “Jangan bikin sesuatu karena kamu mau kaya raya atau terkenal. Tapi bikin karena kamu punya value untuk dibagi ke orang lain.” Inilah yang menjadi dasar niat seorang pembuat konten, bukan menghasilkan sesuatu yang bernilai uang atau popularitas. Sebab ketika tidak mendapatkan itu semua yang ada hanya kecewa. 
“Jadi, ketika mulai membuat konten, pastikan niatnya baik, misalnya untuk berbagi info penting dan bermanfaat atau boleh juga untuk menghibur audiens, sebab hidup itu perkara seimbang antara kerja dan istirahat.” jelas Vincent saat Danone Community Engagement Day sore itu.
Selanjutnya, yang penting diingat adalah konten kita akan selamanya tersimpan di internet, maka perlu diingat ingin seperti apakah kita diingat saat sudah tidak ada di dunia? Hal ini membuat kita berpikir semua yang kita bagikan akan dipertanggungjawabkan. Lalu, kreator seperti apakah kita? Apakah berbagi hal yang positif atau negatif?

Sekarang jutaan informasi begitu cepat tersebar dan bergulir maka yang diperlukan adalah kehati-hatian dalam menyebarkan informasi, jangan sampai karena mau ikut-ikutan agar viral, seorang pembuat konten membuat informasi yang negatif.

Selanjutnya, ini rangkuman tips hidup berkelanjutan yang mudah dilakukan sehari-hari:
  • Mengelola sampah rumah tangga dengan memisahkan sampah organik untuk dijadikan kompos serta memisahkan sampah plastik untuk didaur ulang.
  • Membuat sumur resapan air hujan sederhana di rumah, agar air hujan bisa dimanfaatkan lagi untuk kehidupan.
  • Thinking before buying atau bijaklah dalam berbelanja. Ini perlu dilakukan agar tidak banyak barang yang akhirnya menumpuk sia-sia dan tidak terpakai lalu berujung di tempat sampah. Biasanya pakaian, sepatu atau barang lain yang agak sulit didaur ulang akan menumpuk, alternatifnya misal bisa menyewa pakaian daripada membeli baru dan hanya sekali pakai.
  • Makanlah makanan sampai habis agar tidak menjadi sampah. Selain itu, bergeraklah agar dapat membakar kalori. Dengan begitu, tubuh akan lebih sehat dan bugar.
Photo by Sarah Brown on Unsplash

Keselamatan bumi dan alam menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebab semua ini adalah amanah yang harus dijaga agar anak-anak kita di masa depan tetap bisa hidup dengan rasa aman dari bencana perubahan iklim.


Saya sangat senang Danone Indonesia mengadakan Danone Community Engagement Day 2022. Acaranya benar-benar bermanfaat serta materi para narasumber sangat relevan dengan para pembuat konten. Apalagi ada kuis yang menambah keseruan sore itu walaupun kumpul virtual saya tetap merasakan gelombang positif dari semua pembicara dan teman-teman Danone Blogger dan Vlogger. Alhamdulillah, semoga para pembuat konten makin semangat menebarkan manfaat!



Referensi:
  1. Perubahan iklim: 2022 disebut tahun panas dan kekeringan. Diunduh dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-62678808 (2 September 2022)








Siapakah yang pernah mengalami kesulitan mengajak anak untuk makan sayur-sayuran?

Suara ibu-ibu dan bapak-bapak begitu kompak menjawab, “Sayaaa…”




Tak bisa dipungkiri hampir semua pernah mengalami kesulitan membuat anak makan sayur. Memang ya, mengenalkan jenis makanan yang satu ini jauh lebih besar perjuangannya dibandingkan jenis lain seperti protein hewani seperti daging ayam atau sapi.

Lalu, kenapa hal ini bisa terjadi?

Berdasarkan laporan penelitian dari Pusat Penelitian Kanker Inggris, ditemukan bahwa secara alami (nature) anak-anak bisa menyukai daging dan ikan, tetapi untuk menyukai brokoli, wortel, dan puding bolu sangat dipengaruhi oleh pengasuhan (nurture) dan lingkungan.¹

Rasa penasaran saya dijawab bertepatan dengan webinar Bicara Gizi yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia dengan tema, “Peran Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak”. Bicara Gizi kali ini mengundang beberapa ahli di bidangnya, yaitu dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis konsultan alergi dan imunologi anak di RSAB Harapan Kita, Jakarta. Selain itu, narasumber lain yang juga seorang psikolog anak Anastasia Satriyo M.Psi., Psi dan seorang ibu dengan anak kondisi alergi, Oktavia Sari Wijayanti. Acara Bicara Gizi siang itu juga turut dihadiri Corporate Communications Director Danone Indonesia, Bapak Arif Mujahidin.


Pentingnya Serat Bagi Kesehatan Anak

Selasa siang itu, saya merasa sangat beruntung bisa menghadiri kegiatan Bicara Gizi. Tentu saja ini karena saya merasa butuh asupan ilmu baru mengenai kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan zaman dan berubahnya kondisi lingkungan membuat saya harus menjadi orangtua yang pandai beradaptasi.

Bapak Arif Mujahidin membuka webinar dengan harapan acara ini dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami tentang pentingnya peran serat bagi kesehatan saluran cerna dan mengurangi risiko alergi pada anak. Seketika saya pun semakin bertanya-tanya, apakah ada hubungan antara konsumsi serat dengan alergi? Wah, siang itu di waktu seringnya membuat kantuk, saya malah makin bersemangat.

Ternyata, saluran cerna merupakan salah satu bagian penting yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, daya tahan tubuh, serta kesehatan anak. Hal ini menjadikan saluran cerna sebagai sistem perlindungan terdepan dan juga sebagai cerminan kondisi tubuh anak. Mengapa begitu? Karena sebesar 70% komponen sistem daya tahan tubuh (imunitas) berada dalam pencernaan.

Nah, konsumsi makanan tinggi serat menjadi salah satu golden nutrition atau disebut nutrisi tepat yang akan menunjang kesehatan saluran pencernaan. Hal ini juga akan sangat mendukung pada tumbuh kembang anak, khususnya di masa awal tumbuh atau dikenal dengan golden period. Oleh sebab itu, sangat penting bagi semua orangtua untuk tidak melewatkan kondisi kesehatan anak dan memberikan golden stimulation atau stimulasi tepat pada masa ini agar anak dapat tumbuh optimal, khususnya bagi anak yang alergi.

Bapak Arif Mujahidin juga mengungkapkan melalui berbagai inisiatif dan inovasi yang Danone Indonesia lakukan, diharapkan semakin banyak anak Indonesia yang dapat tumbuh menjadi Anak Hebat yakni anak yang cerdas emosi, cerdas sosial, cerdas intelektual, serta sehat fisik.

Narasumber pertama adalah seorang dokter spesialis konsultan alergi dan imunologi anak, dokter Endah Citraresmi, Sp.A(K) yang menjelaskan bahwa konsumsi makanan berserat pada anak-anak masih harus ditingkatkan karena belum menjadi perhatian banyak orangtua di Indonesia. Angka kecukupan serat anak Indonesia masih jauh di bawah standar rekomendasi asupan serat harian. Dokter Endah juga memaparkan, berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, sebanyak 95,5 persen penduduk Indonesia yang berusia di atas 5 tahun masih kurang konsumsi serat.

Saya yang baru mengetahui hal ini cukup kaget. Padahal sayuran dan buah hasil petani lokal begitu mudah didapatkan, kenapa justru banyak yang kurang konsumsi serat? Menurut saya, mungkin ini disebabkan banyak yang belum paham pentingnya serat untuk konsumsi setiap hari. Baiklah, saya harap tulisan ini dapat membantu pembaca memahami pentingnya serat agar semakin suka makan sayur dan buah.

Hasil penelitian Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukkan bahwa 9 dari 10 anak kekurangan asupan serat, rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi ¼ (seperempat) atau rata-rata 4,7 gram per hari dari total kebutuhan hariannya. Ayo semua orangtua, mari kita ajak anak-anak untuk makan sayur dan buah di rumah!


Mencegah Alergi

Alergi terjadi sebagai reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat lain yang dianggap berbahaya meskipun zat tersebut sebenarnya tidak berbahaya. Penyebabnya bisa dari berbagai faktor, salah satu pemicunya adalah makanan, sekitar 10% anak pada satu tahun pertama mengalami reaksi alergi akibat makanan.

Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya alergi? Dokter Endah menuturkan bahwa yang utama dilakukan orangtua adalah dengan menghindari makanan yang menjadi pencetus alergi. Orangtua perlu mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan alergi pada anaknya dan mencegah anak bertemu penyebab alergi.

Selain itu, orangtua dapat memberikan anak makanan yang mengandung serat dalam jumlah cukup. Dengan begitu, serat akan membantu mikrobiota usus yang akan membuat nutrisi makanan terserap dengan optimal. Hal ini akan menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi peradangan akibat alergi. Dalam penelitian ditemukan bahwa anak yang menderita alergi memiliki jumlah dan keberagaman mikrobiota saluran cerna yang lebih sedikit dibandingkan anak yang tidak mengalami alergi.² 


Ketidakseimbangan antara bakteri baik dan bakteri patogen (penyebab penyakit) di usus berhubungan dengan kejadian alergi, sehingga untuk memberi makan bakteri baik kita memerlukan makanan dari berbagai jenis serat minimal lima porsi dalam sehari dan minum lebih banyak air.

Selanjutnya materi yang sangat menarik dibawakan oleh Anastasia Satriyo M.Psi., Psi mengenai tantangan pengasuhan anak dengan alergi. Mbak Anas memaparkan bahwa kondisi alergi pada anak bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik, melainkan juga mempengaruhi kondisi psikologi baik anak maupun orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 41% orang tua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan dampak yang signifikan pada tingkat stres mereka.³ Orangtua anak alergi mengalami kecemasan lebih tinggi dan lebih rentan mengalami burnout (kelelahan mental).

Kondisi alergi anak dapat berdampak ke masalah emosi, kognitif, dan perilaku anak sehingga berdampak ke sosialisasi anak dengan lingkungan. Anak alergi memiliki emosi yang lebih sensitif. Akibatnya, membuat anak lebih mudah cemas. 

Kondisi emosi anak lebih dipengaruhi dari bagaimana cara orangtua mengelola emosi dan merespon emosi anak. Co-Regulation menjadi cara untuk membantu masalah emosi dari anak yang mengalami alergi. Caranya dengan orangtua melatih mengelola emosi terlebih dahulu dengan latihan nafas sadar dan rileks, serta berlatih melabeli (menamai) berbagai emosi yang dirasakan. Akhirnya, ini akan dapat membantu anak mengenal emosinya yang muncul. Dengan begitu, anak merasa orangtua menerima dan memvalidasi emosinya. 

Co-Regulation Emosi orangtua dan anak


Otak itu seperti otot, bisa dilatih, sehingga emosi yang pusatnya di otak pun bisa dilatih. Jadi, para orangtua yang dahulunya tidak berkesempatan divalidasi emosinya oleh orangtuanya sendiri bisa berlatih untuk dapat melabeli emosi yang dirasakan dan memvalidasinya. Dengan memahami emosi diri, orangtua dapat membantu anak memvalidasi emosinya. 

Alhamdulillah, saya dan keluarga tidak mengalami alergi makanan tertentu, baik protein hewan atau kacang-kacangan. Tentu saja cukup berat membayangkan menjadi orangtua dari anak yang mengalami alergi makanan tertentu dan begitu penuh dengan kekhawatiran. 

Webinar ini juga menghadirkan narasumber seorang ibu yang putrinya mengalami alergi yaitu, Oktavia Sari Wijayanti. Ibu Okta memiliki putri berusia dua tahun yang awalnya mengalami gejala bentol-bentol di kulit lalu keesokan harinya muncul bengkak. Akhirnya, kondisi putrinya segera diperiksakan ke dokter dan barulah diketahui bahwa itu semua merupakan gejala alergi. 

Ibu Okta mengungkapkan, kondisi anaknya yang alergi makanan membuatnya lebih waspada untuk menghindari faktor pemicunya. Menurutnya, sebagai orangtua tentu timbul kecemasan terhadap kondisi anak tetapi orangtua harus tetap tenang dan tidak denial mengenai kondisi alergi anak. Penerimaan akan membuat emosi orangtua lebih tenang dan jernih dalam mengatasi gejala alergi yang muncul pada anak. Jika orangtua panik maka anak juga bisa ikut panik.

Selain itu, ibu Okta juga menyemangati semua orangtua yang anak-anaknya memiliki alergi untuk tidak perlu cemas dan jangan ragu berkonsultasi pada dokter agar anak diberikan terapi yang tepat.

Jadi, peranan serat sangat penting ya bagi kondisi saluran cerna anak. Lalu, bagaimana agar orangtua dapat mengajak anak makan sayur dan buah dengan senang? Ya, dengan senang, bukan karena terpaksa. Menurut saya, ini penting dilakukan orangtua, agar anak tidak memiliki trauma terhadap makan sayur dan buah. Bisa dibayangkan ya, jika masih kecil makan sayur terpaksa lalu setelah besar anak tidak lagi makan sayur sebab sudah tidak bisa dipaksa, betapa sayangnya jika orangtua gagal memberi pemahaman.


Tips mengajak anak suka makan sayuran:
 
  • Ajak anak makan bersama keluarga dan biarkan ia melihat kedua orangtuanya makan sayuran dan buah dengan gembira. Kalau istilah saya, kita “komporin” anak kalau sayuran itu enak dimakan dan sehat. Ketika melihat orangtua makan, anak juga akan penasaran mencoba. Anak itu peniru, maka orang tua harus senang dulu makan sayur dan buah.
  • Jika anak benar-benar menolak sayur, orangtua bisa memodifikasi perkenalan “awal” melalui jus atau es buah atau sayuran yang mudah dikunyah seperti labu siam, wortel dan bayam. Intinya buat jadi perkenalan yang menyenangkan.
  • Hal yang baru diterima otak anak akan dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak aman, sehingga anak bersikap defensif. Di sinilah perlu kesabaran orangtua mengenalkan makanan.
 
Sayuran dan buah sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan vitamin anak. Kebutuhan serat anak berbeda sesuai usia, bagi bayi hingga usia dua tahun serat tidak perlu banyak, hanya sepertiga porsi saja dan sisanya perbanyak lemak dan karbohidrat. Sedangkan, anak yang lebih besar kebutuhan serat juga makin besar, setengah porsi serat dan setengah porsi karbohidrat dan protein. 


Makanan modern khasnya tinggi karbohidrat dan lemak namun rendah serat. Orangtua juga diharapkan bisa menerapkan makanan bergizi seimbang di rumah, sebab darimana lagi anak belajar gaya hidup sehat selain dari yang dicontohkan orangtuanya? Kita tentu sangat senang mendengar anak-anak mengucapkan, "Aku suka sayur!" dan melihat mereka begitu lahap menikmati hidangan sayuran di rumah. 


Referensi:
1. Children inherit their taste for meat and fish but not vegetables (diunduh dari https://news.cancerresearchuk.org/2006/06/13/children-inherit-their-taste-for-meat-and-fish-but-not-vegetables/ 25 Agustus 2022)

2. Sestito S, et al. 2020. The Role of Prebiotics and Probiotics in Prevention of Allergic Diseases in Infants. Frontiers in Pediatrics.

3. Bollinger ME, et al. 2006. The Impact of Food Allergy on the Daily Activities of Children, and their Families. Ann Allergy Asthma Immunol; 415-21.