“Kok, kita bisa pipis?”

“Karena kita diberi satu bagian tubuh yang bekerja mengeluarkan pipis, namanya ginjal”

“Ginjal itu kayak apa?”

Sang ibu pun mengambil kertas lalu menggambar dua buah benda yang berbentuk seperti kacang.

“Seperti kacang ini, besarnya seukuran kepalan tangan kita. Nanti jika kamu mau belajar lagi kita bisa pergi ke museum tubuh manusia ya”



Ginjal memang hanya sekepalan tangan (sekitar 10 cm) besarnya. Di balik ukurannya yang begitu kecil terdapat jutaan sel yang bekerja menyaring darah menjadi urin. Selain itu, ginjal juga menjaga keseimbangan garam dan mineral dalam darah serta mengatur tekanan darah dan memproduksi sel darah merah.¹


Fungsi Ginjal sumber: p2ptmkemenkes

Lalu, apa yang terjadi jika sang buah pinggang ini mengalami gangguan?

Gangguan pada ginjal akan menyebabkan timbulnya masalah pada proses pengeluaran cairan (urin) serta turut mengganggu kerja organ tubuh lainnya. Gangguan ginjal menjadi masalah kesehatan yang cukup berat sebab dapat menurunkan kualitas hidup seorang manusia.

Gangguan Ginjal pada Anak

Jika dilihat dari permulaan serangannya terdapat dua jenis gangguan ginjal yaitu, gangguan ginjal akut dan kronis. Gangguan ginjal akut biasanya timbul mendadak dan terjadi dalam waktu singkat. Berbeda dengan akut, gangguan ginjal kronik disebabkan adanya gangguan struktur atau fungsi ginjal dalam waktu lebih dari tiga bulan. Itulah pemaparan dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp. A(K) yang merupakan dokter spesialis Anak divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RSCM.

Penjelasan selanjutnya dari dokter Eka membuat saya tercengang. Ternyata gangguan ginjal yang lebih banyak dialami oleh orang dewasa pun dapat menyerang anak-anak. Ah, sungguh tidak terbayang bagaimana beratnya tubuh-tubuh kecil itu harus menjalani pengobatan berupa cuci darah dengan menggunakan mesin.

Mesin Hemodialisis


Di Amerika Serikat, sebanyak 9.800 anak mengalami gangguan ginjal kronik pada tahun 2017. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan padahal sebelumnya pada tahun 2015 tercatat ada 1.399 anak mengalami gagal ginjal.²

 Lalu, bagaimana kondisi di Indonesia? Sayangnya, belum terdapat data nasional yang menyeluruh mengenai kejadian gangguan ginjal anak. Meskipun begitu, dari 14 Rumah Sakit Pendidikan yang memiliki Konsultan Nefrologi ditemukan sebanyak 212 anak mengalami gangguan ginjal dan menjalani terapi pengganti ginjal.

Begitu berbahayanya gangguan ginjal pada anak sampai-sampai mereka harus menjalani terapi pengganti ginjal baik berupa hemodialisis ataupun transplantasi ginjal. Di Indonesia sendiri, perawatan hemodialisis anak dengan gangguan ginjal baru terdapat di RSCM, Jakarta. Sepanjang tahun 2007 sampai 2009 sebanyak 150 pasien anak mengalami gangguan ginjal kronik yang mengharuskan mereka menjalani hemodialisis.

Penyebab Gangguan Ginjal Anak

Lantas, apa sajakah penyebab gangguan ginjal anak? Secara anatomi, penyebab gangguan ginjal dapat terjadi ketika darah sebelum masuk ke ginjal (fase pra-renal), saat darah diproses dalam ginjal (fase renal) dan saat urin akan dikeluarkan dari ginjal (fase pasca-renal). Ketiganya menyebabkan gangguan proses penyaringan darah menjadi urin yang dikerjakan ginjal.


Anatomi Ginjal
Dehidrasi dan infeksi menjadi penyebab gangguan pra-renal yang sering terjadi. Sedangkan, glomerulonefritis (peradangan pembuluh nefron), kelainan pada pembuluh darah ginjal serta kerusakan pada struktur ginjal termasuk dalam penyebab masalah pada fase renal. Kelainan bawaan lahir pada saluran kemih dan adanya sumbatan pada saluran kemih merupakan penyebab gangguan ginjal fase pasca renal.

Kedua ginjal menyaring sebanyak 120-150 liter darah selama 24 jam dan menghasilkan sekitar 1-1.5 liter urin per hari. Lalu, bagaimana kita tahu tanda adanya masalah penyaringan sebanyak 180 liter darah ini? Tanda awal adanya gangguan ginjal yang masih ringan memang belum begitu terlihat. Biasanya jika dilakukan pemeriksaan laboratorium akan ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih dan protein pada urin serta adanya darah pada urin. Sedangkan secara fisik akan timbul penurunan produksi urin (BAK sedikit), bengkak pada kedua kaki, anemia, demam, sesak nafas, serta adanya kelainan tulang dan pertumbuhan.

Mendengar uraian ini membuat hati saya diliputi awan mendung. Tak terbayang bagaimana tubuh-tubuh kecil itu merasakan sakit sambil bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan berbagai pemeriksaan. Tak cukup sampai di situ, mereka pun harus menghadapi hari bersama mesin hemodialisis dua kali seminggu.

Oleh sebab itu, tak heran gangguan ginjal pada anak akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan si anak. Selain itu, masalah kesehatan lainnya pun dapat muncul seperti anemia, hipertensi serta gangguan hormon dan elektrolit. Ketika seorang anak sakit, maka kedua orangtuanya pun terkena dampak dari penyakit tersebut. Kecemasan terhadap proses pengobatan dan kondisi finansial keluarga seringkali menghinggapi para orang tua yang memiliki anak dengan gangguan ginjal.

Pada kesempatan ini saya juga bertemu dengan keluarga penyintas (survivor) gangguan ginjal, yang memiliki seorang putri bernama Viara Hikmatunnisa. Keluarga Viara berasal dari Situbondo. Ketika didiagnosis mengalami gagal ginjal dan harus melakukan hemodialisis, keluarga ini jauh-jauh pergi ke sebuah RS di Surabaya. Beberapa kali proses hemodialisis ternyata mesinnya memang kurang cocok untuk anak-anak. Sang Ayah pun mencari tahu lagi tempat hemodialisis khusus pasien anak hingga akhirnya keluarga ini menyambangi ibukota menuju fasilitas rujukan utama nasional di RSCM.

Viara dan keluarga

Kondisi Viara berangsur membaik selama proses perawatan di RSCM. Ia pun tetap memiliki semangat yang begitu tinggi untuk sehat. Viara bahkan berani memulai bisnis online-nya walau kondisinya memerlukan hemodialisis.

Viara sedang hemodialisis sambil menggambar

Mendengar langsung kondisi Viara dari cerita Ayahnya sudah cukup membuat saya cemas. Masalahnya gangguan ginjal anak bisa menyerang siapapun yang berisiko. Walaupun tidak selalu dapat dicegah, kita masih bisa mengupayakan beberapa hal untuk menurunkan risiko terjadinya gangguan ginjal pada anak-anak kita. Beberapa hal ini dapat kita upayakan untuk mencegahnya:

1. Cegah dehidrasi pada anak, terutama saat diare atau muntah.
2. Hindari risiko penularan infeksi, termasuk saat kehamilan
3. Orang tua dapat melakukan konseling genetik untuk mencegah penyakit ginjal keturunan
4. Deteksi dini hipertensi dan diabetes pada anak

Kurangi Risiko Penyakit ginjal sumber: P2ptmkemenkes

Adapun bagi anak-anak yang sudah didiagnosis mengalami gangguan ginjal, pencegahan dilakukan untuk menghindari komplikasi dari proses penyakit ginjal yang telah dialami. Hal ini patutnya menjadikan para orang tua untuk lebih waspada terhadap kondisi anak. Terlebih anak balita yang agak sulit diajak minum air putih. Kebutuhan cairan anak di atas 1 tahun adalah sekitar 80-90cc/ Kg BB, misalnya berat anak 3 tahun 14 kg maka kebutuhan cairan adalah sekitar 1210-1260 cc per hari.

Kementerian Kesehatan RI juga semakin giat mengadakan rangkaian kegiatan promotif dan preventif. Kegiatan ini meliputi sosialisasi informasi tentang gangguan ginjal pada anak; serta pencanangan Gerakan Ayo Minum Air (AMIR). Mengingat kita juga tinggal di negara tropis yang selalu bertemu matahari sepanjang tahun dengan melaksanakan Gerakan Ayo Minum Air kita dapat mencegah risiko gangguan ginjal.

AMIR Ayo Minum Air

“Peningkatan gaya hidup sehat juga perlu dilakukan untuk siapapun baik dewasa maupun anak. Bagi mereka yang sehat Kemenkes mengajak untuk berperilaku CERDIK, sedangkan bagi yang sudah terkena penyakit tidak menular untuk berperilaku PATUH.” terang dokter Cut Putri Arianie, MH.Kes, selaku direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PTM) yang juga menutup diskusi siang itu.

CERDIK PATUH

Sebagai orang tua, saya yakin kita selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anak kita. Ketika mereka sakit kadang kita ingin sakitnya itu diberikan pada orang tuanya saja. Pengalaman Viara dan keluarganya ini memberikan pandangan baru bagi saya, bahwa kondisi sakit tidak boleh membuat kita putus asa. Terima kasih Viara dan keluarga.
Narasumber

Blogger with Viara






Referensi:
1. Hall JE. Bab 26. The urinary system: functional anatomy and urine formation by the kidneys. Dalam: Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-13. PA: Elsevier; 2016.

2. CDC. Chronic kidney disease surveillance system: almost 10.000 chldren and adolescents in United States are living with end-stage renal disease [internet] 2017 Jul. Available from: https://nccd.cdc.gov/ckd/AreYouAware.aspx?emailDate=July_2017.

Gambar:
1. Anatomi Ginjal dari Hall JE. Bab 26. The urinary system: functional anatomy and urine formation by the kidneys. Dalam: Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-13. PA: Elsevier; 2016.

2. Mesin Dialisis dari  https://www.freseniusmedicalcare.com/en/media/news/details/detail/News/fresenius-medical-care-launches-6008-caresystem-a-new-hemodialysis-therapy-system-enabling-better-care-for-chronic-patients/