Bibir kering bukanlah masalah baru bagi saya. Sayangnya, ini jadi masalah hidup yang enggak kelar-kelar. Kadang menyebalkan rasanya, sudah pakai produk sana-sini belum juga menghilangkan keringnya bibir saya ini.

“Itu mah dehidrasi kali”

Ah, gimana mau dehidrasi kalau seharian sudah minum berbotol-botol yang sebotolnya sekitar 800 ml coba?


Jantung saya terkesiap seketika setelah melihat e-mail yang baru masuk sore itu. Ini dia nih, e-mail yang saya tunggu-tunggu kedatangannya setelah mengisi formulir pendaftaran workshop menulis dengan cinta. Ketika itu memang saya pasrahkan hasilnya apakah terpilih atau tidak. Akan tetapi, di lubuk hati terdalam, tak dipungkiri saya kepingin banget terpilih. Alhamdulillah, Allah menjawab keinginan saya. Jadilah saya berkesempatan belajar menulis dengan cinta bersama Dini Fitria.

Seusai berolahraga sore itu, tiba-tiba saya merasakan sakit di area bawah perut. Padahal ini belum masanya sindroma pra-menstuasi. Saya pun mencoba istirahat dengan menyandarkan tubuh ke dinding. Rasa dingin dari dinding menembus pori-pori ditambah lagi baju yang saya kenakan telah dibanjiri keringat. Ah, ternyata beristirahat pun tidak mengurangi rasa sakit ini.


Akhirnya, saya mencoba untuk minum air putih lebih banyak dengan maksud menghilangkan sakit. Tidak lama setelah minum, justru saya merasa kandung kemih begitu penuh dan berkeinginan untuk buang air kecil (BAK). Alangkah sakitnya BAK yang saya rasakan, hampir membuat saya tidak ingin BAK lagi.

Judul Buku: It's Ramadan, Curious George

Penulis: Hena Khan

Ilustrasi: Mary O'Keefe Young

Tahun terbit: May 2016

Penerbit: Houghton Mifflin Harcourt (HMH) Publishing Company

Tebal: 14 halaman board book, 9 x 0.5 x 8 inchi

Level Pembaca: Usia Pra-sekolah ke atas



Apa yang terpikir jika kita mendengar Curious George? Pasti beberapa dari kita pernah melihat serial animasinya di televisi. Seekor monyet yang sangat ingin tahu dan kadang malah tidak sengaja membuat kekacauan karena tingkahnya.



Tingkah laku George ini merupakan analogi dari sifat anak-anak yang selalu penuh rasa ingin tahu dan ingin mencoba. Buku ini merupakan seri George merayakan beberapa hari besar lainnya seperti Natal, Hanukah, Halloween, St. Patrick Day dan Parade Day



Dikisahkan George memiliki seorang teman baru bernama Kareem. Kareem adalah anak lelaki dari sebuah keluarga Muslim. Nah, saat bulan Ramadan tiba Kareem belajar untuk melakukan ibadah puasa. Sebagaimana anak-anak seusianya Kareem merasa lapar ketika tiba waktunya makan siang. Padahal ia masih harus menahan rasa lapar dan hausnya hingga matahari terbenam. 


Cerita George yang menemani Kareem ini begitu hangat. Cerita mengenai Ramadan dan tradisi di bulan puasa digambarkan begitu sederhana tapi kena di hati. Saya sebagai pembaca yang membacakan putri saya cerita ini sangat dimudahkan untuk menjelaskan tentang bulan Ramadan. 


Sahur di pagi hari untuk berpuasa Ramadan dan juga melakukan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan menjadi point yang juga utama dalam buku ini. Terdapat bagian Kareem dan George menyiapkan barang-barang untuk dibagikan pada orang yang membutuhkan. Beginilah deskripsi suasana Ramadan sesungguhnya yang memang perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak kita.


Ilustrasi yang disajikan begitu menyenangkan mata. Suasana yang digambarkan begitu sesuai, bagaimana persiapan Ramadan begitu meriah karena semua orang bergembira. Selain itu, warna yang cerah benar-benar membuat suasana Ramadan begitu hidup. Pada bagian samping buku terdapat ilustrasi apa yang dikisahkan pada halaman tersebut. 


Menjelang Idul Fitri Kareem memberikan hadiah bagi temannya, George dan lelaki topi kuning. Ini menggambarkan semangat berbagi kebahagiaan kepada siapapun tak pandang bulu. Dalam hal ini, saya sepakat bahwa bulan suci Ramadan memiliki esensi kembali kepada fitrah bahwa manusia pada fitrahnya cenderung kepada kebaikan dan menyenangi akan berbuat baik maka Ramadan ada untuk mengembalikan fitrah tersebut. 

George dan Kareem mencari hilal



Buku ini sangat cocok bagi orang tua yang ingin mengenalkan Ramadan kepada anak-anak. Garis merahnya bulan Ramadan dimanapun itu, baik di Indonesia atau dunia lainnya tetap sama yakni beribadah puasa dan melakukan lebih banyak kebaikan untuk sekitarnya. Dengan begitu, kembali ke fitrah akan dapat dicapai oleh seorang Muslim.