Apakah yang terbayang dalam benak kita bahwa ada anak yang terlahir dengan berat sekitar 500 gram? Ya, beratnya nyaris sama dengan berat sebotol air mineral yang biasa kita beli saat kehausan. Lengannya begitu kecil sehingga merasa agak kesulitan untuk menggerakkan lengannya sendiri karena tak cukup kuat. Dadanya bergerak naik turun bagaikan haus akan oksigen, agak sulit baginya untuk bernafas sendiri.

Begitulah kondisi fisik anak prematur yang baru saja lahir. Anak prematur merupakan anak yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Banyak kemungkinan, anak bisa lahir di usia 8 bulan, 7 bulan bahkan kurang dari itu seperti 26 minggu atau 6 bulan. Kondisi ini menyebabkan fisiknya berbeda karena memang organ tubuhnya belum cukup matang, belum bisa berfungsi normal selayaknya anak yang lahir cukup usia kehamilan. 

                                


Tentu saja tubuh anak mungil ini membutuhkan penanganan khusus dan perawatan di rumah sakit setelah lahirnya. Ini bisa menyebabkan timbulnya rasa cemas bagi kedua orangtua dari anak prematur. Terlebih lagi menurut data World Health Organization (WHO) dari 10 kelahiran anak terdapat 1 anak terlahir prematur. Jadi, setiap tahunnya di dunia diperkirakan sebanyak 15 juta anak lahir dalam kondisi prematur.

Kondisi lahir prematur ini turut menjadi perhatian bagi dunia kesehatan anak. Setiap tanggal 17 November ditetapkan sebagai Hari Prematur Sedunia atau World Prematurity Day (WPD). Adapun tema yang diusung di Hari Prematur Sedunia tahun ini yaitu ‘‘A Parent's Embrace: A Powerful Therapy” atau bermakna Pelukan Orangtua: Terapi Terkuat.

Dalam rangka memperingati hari istimewa bagi anak dan keluarga dengan anak prematur Danone Specialized Nutrition Indonesia menyelenggarakan edukasi melalui webinar bertopik “Peran Orang Tua untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi”.

Webinar ini menghadirkan pembicara yang ahli di bidang kesehatan anak prematur yakni Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi. Webinar juga dihadiri oleh Bapak Arif Mujahidin selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia dan Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi selaku Psikolog Anak dan Keluarga serta seorang ibu dari anak lahir prematur yang akan membagi pengalamannya mengasuh sang anak.

Narasumber Bicara Gizi World Premature Day 2022

Berbagai Cara Mendukung kesehatan dan mengasuh anak lahir prematur

Bapak Arif Mujahidin mengungkapkan pentingnya peran orangtua dalam perawatan sejak dini pada anak lahir prematur. Setiap anak yang lahir baik prematur atau pun cukup bulan memiliki hak yang sama untuk bisa tumbuh sehat dan terpenuhi semua kebutuhannya baik fisik, emosi, dan kasih sayang. Oleh sebab itu, orangtua berperan penting untuk memberi asupan nutrisi anak lahir prematur dan juga perawatan sesuai kebutuhan anak sehingga hal ini akan membuat anak lahir prematur dapat tumbuh optimal.

Pembahasan mengenai pemantauan kesehatan anak prematur disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K). Prof. Rina menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak ini harus dipantau karena termasuk dalam kategori risiko tinggi. Khususnya anak prematur yang mempunyai risiko serta tantangan yang berbeda dibandingkan anak-anak yang lahir cukup bulan.

Prof. Rina menjelaskan terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang anak prematur diantaranya:

1.    Physical Health (Kesehatan fisik)
Masalah yang timbul pada anak lahir prematur bisa sangat bermacam-macam, kondisi pernapasan yang sulit dan ketergantungan pada oksigen terjadi akibat paru-paru yang belum mampu berfungsi. Anak prematur juga berisiko mengalami gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Sehingga orangtua harus melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Selain itu, anak bisa berisiko mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting. Inilah alasan mengapa pertumbuhan anak perlu dipantau dengan pengisian grafik pertumbuhan berdasarkan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala serta pemantauan aspek perkembangan anak.

2.    Learning and Cognition (Fungsi belajar dan kognitif)
Kemampuan kognitif dan bahasa anak lahir prematur harus distimulasi agar anak mampu mencerna informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini akan memengaruhi keterampilan pra sekolah dan kemampuan belajar anak di masa depan

3. Mental Health (Kesehatan jiwa)
Efek dari kelahiran prematur pada perilaku, kemampuan bersosialisasi, fungsi keseharian dan adanya gangguan perilaku seperti menarik diri dan keterlambatan bicara jelang awal usia 2 tahun bisa menjadi indikasi masalah autisme.

4. Quality of Life (Kualitas hidup)
Kualitas hidup mencakup pemenuhan fungsi aktivitas sehati-hari serta perasaan berharga (self esteem) anak. Kedua hal ini perlu diperhatikan orang tua dan orang-orang di sekitar agar anak memiliki kualitas hidup yang baik dan terpenuhi kebutuhannya. 


Anak prematur lahir dengan berat badan yang berbeda dengan anak cukup bulan. Jadi, targetnya bukan menjadikan anak itu sekedar gemuk atau bertubuh besar saja melainkan bagaimana caranya menjadikan berat anak prematur dari 500 gram saja menjadi semakin ideal seiring dengan pertambahan usianya. Ini menjadi tugas dokter dan tenaga kesehatan. Berat badan anak prematur tidak perlu terlalu cepat naik, yang terpenting beratnya naik memenuhi grafik pertumbuhan.

Oleh sebab itu, pemantauan anak yang lahir dalam kondisi berisiko tinggi harus terus dilanjutkan hingga usia 18 tahun. Ketika memasuki usia remaja, seorang anak tetap termasuk anak yang perlu diperhatikan kebutuhan dan perkembangannya. Jadi, orang tua tidak berhenti sampai perawatan anak selesai atau sampai usia 2 tahun saja, bahkan sampai anak memasuki usia dewasa agar bisa berkembang menjadi manusia yang unggul.

Psikolog Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi. menyampaikan bahwa tumbuh kembang anak dipengaruhi dari faktor genetik (nature) dan lingkungan (nurture). Faktor lingkungan yang berpengaruh diantaranya kondisi gizi, stimulasi serta kualitas pengasuhan dari lingkungan.Psikolog Irma menjelaskan saat orangtua melakukan stimulasi maka akan otak anak akan terpicu untuk membentuk sambungan baru antar sel-sel otak (sinaps). Jika semakin dirangsang dengan maka akan semakin kuat sinaps antar sel-sel otak. Oleh sebab itu, hal ini dapat membuat tumbuh kembang anak prematur secara kognitif pun meningkat. Anak-anak perlu diberi kesempatan mengeksplorasi diri dalam mencoba hal baru. Ini dapat dilakukan orangtua agar dapat banyak sel saraf yang tersambung secara kuat dan kompleks.

Psikolog Irma juga menyebutkan ada 6 cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mendukung potensi anak prematur. Berikut ini hal-hal yang bisa dimulai sedini mungkin oleh orangtua anak prematur:
  1. Kondisi anak prematur yang tidak biasa membutuhkan pemantauan khusus dan berkala oleh dokter. Orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan solusi dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami putera-puterinya.
  2. Selain memantau kondisi fisik anak, orang tua juga perlu meningkatkan imunitas anak prematur untuk menurunkan risiko gangguan kesehatan yang bisa terjadi
  3. Orangtua bisa membantu anak menemukan tanda awal potensinya. Perhatian pada kebiasaan dan minat anak dapat membuat orangtua mampu memotivasi anak untuk eksplorasi diri dan mendorong kreativitasnya.
  4. Penting bagi orangtua untuk menumbuhkan percaya diri anak. Hal ini dikarenakan anak begitu rentan terhadap rasa tidak percaya diri. Caranya adalah dengan memberikan kasih sayang, tidak memberikan label tertentu padanya, terus memotivasi anak untuk mau mencoba, serta apresiasi setiap usahanya saat melakukan hal sekecil apapun.
  5. Modifikasi kegiatan dan terapi dapat dilakukan orangtua dalam melatih aktivitas harian anak. Anak yang lahir prematur mungkin mengalami beberapa hambatan, namun mereka tetap bisa bereksplorasi agar potensi anak bisa berkembang optimal.
  6. Bagi orangtua sangat penting untuk dapat menjaga kualitas emosi. Orangtua yang terampil mengelola emosi akan lebih baik dalam mengoptimalkan kemampuan tumbuh kembang anak.

Orangtua yang lebih dulu mampu mengelola emosinya akan membuat anak tetap berada dalam hubungan yang aman dan nyaman. Sehingga kondisi anak yang prematur tidaklah jadi penghalang untuk anak dapat tumbuh sehat dan berprestasi. Menurut WHO, semua anak berhak mendapatkan makanan bergizi, memiliki tubuh sehat dan berkembang optimal serta hak untuk mendapatkan kesamaan. Inilah tugas orangtua dan orang dewasa dalam pengasuhan untuk memenuhi hak anak dan mendukung tumbuh kembang anak lahir prematur maupun anak lahir normal agar bisa tumbuh sehat dan berprestasi.



Salah satu anak lahir prematur yang dapat tumbuh sehat berprestasi ada pada puteri Ibu Desi Fatwa yang bernama Benazir Shahnaz Alqori yang biasa disapa Shahnaz. Ibu Desi menceritakan di usia kandungan 25 minggu Shahnaz lahir dengan berat badan 529 gram. Ia tumbuh dengan perawatan khusus di rumah sakit dan pemantauan ketat dari dokter anak dan saat ini ia sudah bersekolah di kelas 9. Sebuah perjuangan yan besar telah dilalui Shahnaz dan keluarga hingga bisa tumbuh sehat dan baik seperti anak lahir normal lainnya. Shahnaz juga tidak terhalang untuk bisa berprestasi, ia mengikuti olimpiade matematika dan sains nasional. Selain itu, Shahnaz akan mewakili sekolah untuk tampil di Manila Orchestra atas undangan Kedutaan Besar Indonesia di Filipina.

Cerita Ibu Desi dan puterinya adalah bukti bahwa ketekunan orangtua dalam memenuhi nutrisi dan semangat dalam menstimulasi anak lahir prematur menjadikan anak bisa tumbuh sehat dan berpretasi. Selain itu, kasih sayang dari keluarga dan orang terdekat juga menjadi pendukung utama dalam meningkatkan perkembangan emosi anak. 

Stevie Wonder performs during the 48th Annual Academy of Country Music Awards at the MGM Grand Garden Arena on April 7, 2013, in Las Vegas, Nevada


Salah satu tokoh yang juga lahir prematur adalah musisi Stevie Wonder dari Amerika Serikat. Ia lahir pada usia kehamilan 34 minggu pada tahun 1950. Saat itu ia dirawat dalam inkubator dan mengalami komplikasi prematur yang menyebabkan retinanya rusak sehingga ia kehilangan penglihatan setelah perawatan khusus. Hal ini tidak membuatnya jatuh justru ia berkata pada ibunya, “jangan mengkhawatirkanku karena kebutaanku karena aku bahagia”. Sebelum mencapai umur 10 tahun Stevie sudah ahli memainkan alat musik piano, harmonika dan drum hingga akhirnya ia menjadi musisi yang cerdas dan dapat memenangkan penghargaan Academy Oscar tahun 1985.¹

Ternyata anak-anak yang lahir prematur dengan dukungan fisik, psikologis dan kasih sayang yang tepat akan mampu tumbuh sehat dan baik sebagaimana anak lain. Pemenuhan nutrisi yang bergizi baik, dukungan emosi dan eksplorasi potensi anak yang tepat serta cinta kasih dari keluarga terdekat menjadi hal penting untuk anak-anak lahir prematur berprestasi di masa pertumbuhannya. 




Referensi:
1. Chang, Rachel. 2019. How Stevie Wonder Lost His Sight. https://www.biography.com/news/stevie-wonder-blindness-vision-loss (diakses 20 November 2022) 






Sebelumnya saya hanya pernah sayup-sayup mendengar tentang homeschooling. Dulu itu berlaku bagi anak-anak yang jadi artis di usia sekolah karena waktunya terbagi antara pekerjaan dan belajar. Eh, ternyata bukan begitu konsepnya! Suami saya sudah mendengungkan ide ini sejak anak kami berusia satu-dua tahun gitu, saya yang anak sekolah negeri tulen agak heran juga dengan konsep ini, lha ya coba gimana gitu gak sekolah dan ambil ujian persamaan paket pendidikan, yakin nih?

Saya pun mulai cari tahu konsep pendidikan bernama homeschooling (HS). Saya ikuti webinar dari pasangan suami istri yang full homeschooling ketiga anaknya. Banyak yang saya tanyakan, diskusikan dan akhirnya membuat pikiran saya lebih terbuka mengenai konsep ini. Selain itu, saya juga diperlihatkan dan bertemu keluarga lainnya yang juga menerapkan HS. Lalu, saya terpukau wkwkw…

Photo by Taylor Heery on Unsplash


Anak saya sudah memasuki usia 2 tahun lebih, saya bertemu metode belajar anak yang menyenangkan dan berlanjut dengan kesepakatan bahwa konsep ini bisa diterapkan pada anak. Saya pun mempelajarinya dan membuat sendiri beberapa alat belajar (aparatus) di rumah berbekal sumber dari blog dan website di internet. Saya hampir mau lanjut kuliah sertifikasinya lho, dulu sih biayanya puluhan juta setahun, hahaha gak tahu deh kalau sekarang berapa. Lalu, saya diskusi ke teman yang sudah kuliah duluan dan menurutnya jika buat di rumah sih tak perlu-perlu banget ambil kuliah diploma. 



Akhirnya, saat anak memasuki usia 4 tahun lebih saya makin intens mengajarkannya membaca, menulis dan hal penting terkait iman dan ibadah. Alhamdulillah, anak saya dimudahkan belajar membaca melalui fonik dan bisa membaca lancar di umur 4 tahun lebih. Pas tahun 2020, masuk 5 tahun masih nyari sekolah gitu, terus Covid, jadi berpikir ulang tentang rencana sekolah formal dan sepertinya tidak bisa berharap banyak pada sekolah formal. Akhirnya, kami memutuskan tidak menyekolahkannya ke TK dan belajar di rumah saja.


Saat itu saya juga belum mendaftarkan anak ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) karena masih mencari yang cocok. Jadi, masuk SD kelas 1 nanti sudah sekalian daftar PKBM. Eh, jadi niat HS nih? Iya, karena kami saat itu harusnya pindah ke Bandung karena suami saya melanjutkan sekolah juga. Setelah itu, belum tahu pasti akan tinggal dimana, terus kalau pindah sekolah dan nyari-nyari lagi sepertinya melelahkan juga. Selain itu, saya merasa dengan homeschooling bisa lebih fleksibel memilih metode belajar untuk anak yang ternyata ada banyak banget, haha.


PKBM itu banyak ya dan memang ada yang khusus bagi anak-anak tidak bisa sekolah formal terkendala biaya dan kemampuan, ada juga yang sangat mendukung HS karena biasanya yang bikin orang tua yang pengalaman HS untuk anak-anaknya. Saya sempat cari-cari tahu di beberapa tempat termasuk cara belajar, kurikulum yang saklek atau fleksibel dan juga biaya pendidikannya termasuk uang tahunan, SPP dan biaya lain-lain. Alhamdulillah, setelah muter-muter ke sana sini, kami bisa menemukan tempat yang saat ini insya Allah baik sebagai rekan kami untuk HS. Tempat yang nyaman dan sangat mendukung atmosfer untuk cinta ilmu dan belajar.

Keputusan HS tidak bisa dadakan, perlu pertimbangan yang matang dan hendaknya bukan jadi bentuk kekecewaan kita pada pendidikan formal yang pernah kita jalani dulu, misalnya karena dulu di sekolah umum begini, begitu, dan pernah banyak dapat “luka” akhirnya memutuskan HS. 

Justru berangkatlah HS bukan karena kekecewaan atau luka dan perasaan negatif dari pengalaman melainkan kita inginkan cara baru dan metode yang bisa menyesuaikan dan disesuaikan dengan kondisi anak & orang tua untuk mendukung pendidikan. Belajar bisa di mana saja, tidak mesti berangkat sekolah, baik formal dan non-formal semuanya sama-sama punya kebaikan dan tentu kekurangan. 

Photo by sofatutor on Unsplash


Mari ambil yang baik dan sesuaikan dengan kondisi tiap keluarga. Saya tidak sugar coating HS itu paling enak, justru emang paling ribet wkwk… haha begitulah rasanya. Mesti mau belajar dan tumbuh bersama anak, open mind dan growth mindset jadi modal besar orang tua yang memutuskan HS.