Sejak ada yang namanya media sosial bernama instagram inilah dimulai pula pengaruh para ibu selebriti memasuki pikiran ibu-ibu biasa ((yang bukan seleb)). Mulai dari stimulus sensori untuk bayi dan anak toddler hingga cara makan pun diikuti oleh ibu biasa. Saya sih tidak merisaukan hal-hal demikian sebab saya enggak follow ibu selebgram tersebut, hahaha.. Jadi, tidak perlu makan hati berulam jantung yhaaa kalau realita dunia peribuan (motherhood) begitu melewati ekspektasi feed IG selebgram. Saya mah woles ae…
Photo by carole smile on Unsplash

Terlalu berat jika kita menginginkan segalanya sempurna, sedang sumber daya baik tenaga, waktu serta  dana yang kita miliki terbatas. Tidak perlu memaksakan diri menjadi yang ideal, menjadi ibu bukan untuk jadi sempurna. Alangkah baiknya kita menjadi ibu yang mencintai diri hingga dapat mengasuh anak dengan bahagia.

Kesempurnaan Ibu itu sejenis camilan apa yha?


Duh! Sepertinya saya bukan termasuk golongan tipe orang perfectionist. Saya lebih cenderung santai dan yaudalah kalau gak bisa seideal gitu, ya udah gapapa. Itulah kebanyakan lintasan di pikiran saya. Tapi semua berubah sejak jadi ibu, haha, andaikan ada camilan bernama kesempurnaan mungkin dulu saya sering makan camilan itu saat Kristal masih bayi.

                                                       Baca juga: Lika-liku Menyusui

Saya memberikan MPASI homemade, bermain sensori dan memberikan segalanya yang terbaik buat anak bayi ini. Setelah setahun, saya lelah mengejar kesempurnaan yang demikian hingga akhirnya saya dan lebih santai terhadap target tumbuh kembang anak. Apalagi dulu jelang usia setahun Kristal belum bisa jalan sendiri, wkwk… awalnya panik eh, akhirnya santai pas tahu patokan normal bisa jalan lancar 18 bulan, ya kan.


 Seiring berkurangnya tekanan dalam pengasuhan, saya makin melihat berbagai ketidaksempurnaan yang saya miliki. Memang benar bahwa manusia makhluk yang diciptakan dengan ketidaksempurnaan. Nah, dengan adanya ketidaksempurnaan inilah yang menunjukkan bahwa kita benar-benar manusia.

Some kind of my imperfection

Salah satu diantaranya kitdaksempurnaan saya menjadi ibu adalah membacakan buku sambil terkantuk-kantuk sampai berubah jalan ceritanya. Hahaha, beneran deh ini sering terjadi dan lagi-lagi anaknya yang mengoreksi “Kok begitu sih ceritanya” sebab dia sudah tahu dan hafal isi buku yang dibacakan. Selain itu, ditambah dengan ucapan “Bunda mah tidur”. Duh, ini sungguh lawak banget sih emang. Apalagi kalau suami ngeliat adegan ini sambil ketawain saya, sungguh senang hatinya.


“Anak-anak kalau mau cepat besar harus makan sampai habis ya” Ucapan saya ke anak pas waktunya makan. Apakah dengan ini anak selalu menghabiskan makanannya? Yha, tentu tidak... Ada masa makanan yang disediakan habis (kalau dimasakin ayam bakar Taliwang) tapi sering juga makannya enggak habis dan berujung saya yang melanjutkan. Setidaknya anak sudah makan separuh dari porsi yang diberikan deh, sisanya biar saya yang habisin, wkwk… Namun, satu yang bikin saya heran ya, setelah makan yang tidak habis itu dan berkata kenyang. Anak masih bisa minta camilan yak… Itu apa namanya coba kalau bukan ironi gaes? Bilang kenyang tapi masih minta dan muat buat menghabiskan camilan. Sungguh sulit dipahami…


Ada beberapa ibu yang tidak memberikan makanan berupa mie instan dan keluarganya (seperti mie-mie yang dibungkus lalu rebus dan jadi makanan) pada anak balita. Berbeda dengan saya, saya termasuk yang memberikan makanan tersebut. Habisnya kadang kita kan bosan ya sama nasi, jadi bikin aja indom*e goreng atau rebus dengan tambahan sosis atau bakso juga sayuran macam sawi, wortel dan kol. Tapi tenang, saya tidak setiap hari masak mie goreng ini, seminggu sekali biasanya. Jika bosan dengan mie pun kadang saya siapin pasta-pasta-an seperti Fusilli, spageti dan makaroni dengan saus yang diracik sendiri dengan tambahan parutan wortel dan daging cincang didalamnya. Sempurna bagi anak yang kadang menolak sayuran, hahahaa… kena deh.
  
I Love My Imperfections

Bukan manusia namanya kalau sempurna, ye kan? Jadi, dengan penuh kesadaran atas segala ketidaksempurnaan yang saya miliki, saya memilih untuk mencintai ketidaksempurnaan tersebut (((walau banyak))) hee...

#IloveMyImperfections walau banyak ketidaksempurnaanya saya tetap bisa bahagia dengan meluangkan waktu #5MenitAja untuk memakai skin care, hahahaa… Sebuah penyesalan yang mendalam sebab dulu belum terpapar oleh produk perawatan wajah yang dibutuhkan. Akhirnya, diujung usia menuju 30 ini, saya baru sadar akan kekhilafan dan segera memilih skin care yang aman dan cocok di dompet, tsaah.. *KibasDollar




Efek samping jadi ibu adalah kantung mata yang melingkar hitam di bawah mata serta beberapa noda hitam dan juga beberapa kerut halus yang telah tampak di permukaan. Wajah yang segar memang lebih sedap dipandang tapi gimana mau segar kalau tidak dirawat? Tanaman aja layu sebab kekeringan. Nah. makanya saya memilih menyayangi diri dengan #5MenitAja memakai skincare tiap pagi dan malam hari. Menurut saya, merawat kesehatan wajah juga satu bentuk syukur atas nikmat sehat yang Allah berikan. Bukan berarti gegayaan atau apa ya, tapi saya berharap memberikan tampilan terbaik buat suami akan jadi ladang ibadah juga buat istri di rumah. *bantu aamiin-kan yes..




Me time positif lainnya yang bisa dilakukan #5MenitAja adalah berdoa dengan khusyu setelah salat. Saya banyak banget permintaan yang berharap dikabulkan, salah satunya mendoakan Kristal supaya jadi anak shalihah dan sehat. Saya ingin pada waktu-waktu spesial ini saya semakin kuat untuk menjalankan amanah di dunia setiap harinya dan berharap akhir yang baik di kehidupan nanti.

Kalau dulu pas kecil saya berebutan camilan sama adik-adik saya sedangkan sekarang berebutannya sama anak, hahaha… ampuuun… anak itu kalau udah punya makanan enak, bener-bener enggak mau berbagi ke siapapun yak. Sungguh sedih akutu! Jadi, supaya saya bisa makan camilan dengan tenang cukup dengan #5MenitAja makan diam-diam tanpa diketahui bocah membuat saya senang, haha. Yha, mau gimana lagi, terlebih kalau dia lagi dilarang makan camilan tertentu (semacam ciki, cokelat dan eskrim) daripada anaknya ngiler sampe tantrum mewek-mewek minta, kan mendingan diam-diam yha… Sebab apapun yang lagi dimakan ibu pasti akan dicicip anak dan akhirnya di hak milik oleh mereka. Begitulah kira-kira sepemantauan saya selama ini.

  


Pesan terakhir, *tsaaah… untuk para ibu, take it slow if you have some imperfections. Don’t be hard on yourself. Just love your imperfections the way you love your children with your altruistic love, because you need to be loved too. Menjadi ibu memang terbiasa membuat kita mendahulukan yang lain daripada diri sendiri. Namun, cobalah dengan #5MenitAja ambil porsi kita untuk menyayangi diri sendiri #IloveMyImperfections. Porsi dimana kita memilih melakukan sesuatu untuk diri kita yang lebih bahagia and it's fine!