Hari Buku Nasional: Sudah Literatkah Kita?

20:00
Saya tidak ingat bagaimana saya bisa menyukai buku. Orangtua saya tidak menyediakan buku bacaan di rumah, tetapi saya ternyata senang ke toko buku dan melihat — membaca buku-buku di sana. Saya suka membaca buku pelajaran kakak saya yang sudah SMP ketika saya masih SD. Saya berbinar-binar melihat betapa banyaknya buku di toko buku dan begitu gembiranya saya ada beberapa buku yang tidak dibungkus sehingga saya bisa menumpang membaca di sana. Itulah masa kecil saya yang agak berbeda dengan anak lain yang memiliki akses lebih dini pada buku bacaan. 

Photo by Ishaq Robin on Unsplash

Saya pun pernah ke pameran buku, melihat jajaran buku-buku dalam rak-rak tinggi, memandangi berbagai judul buku cerita, membuka dan membaca sebagian isinya. Lalu, membelinya? Tentu tidak, saya menaruhnya kembali karena tidak memiliki uang yang cukup untuk memborong semua buku yang saya suka. Saat di SMP dan SMA saya lumayan mendapat akses buku dari teman-teman saya yang memilikinya karena mereka dibelikan buku oleh orangtuanya. Jadilah, saya meminjam semua seri Harry Potter, berbagai judul teenlit dan beberapa buku nonfiksi, saya ingat betul, pernah pinjam buku 100 tokoh berpengaruh di dunia saat SMP. Alhamdulillah, circle pergaulan saya membawa saya semakin cinta membaca buku. Lalu, di SMA pun dapat kelas yang sepuluh langkah saja letaknya dari perpustakaan! Tentu saja saya lebih rajin ke perpus daripada kantin, wkwk.. aneka majalah sains, ensiklopedia dan novel terjemahan saya ambil di sana. Ternyata inilah yang menjadikan saya membaca buku hingga sekarang.


Memang saya tidak dibesarkan dengan keluarga yang sangat menjunjung tinggi budaya membaca tetapi saya tumbuh dan belajar di lingkungan yang membaca. Benarlah bahwa pembaca itu bukan dilahirkan melainkan dibuat, tak ada orang lahir akan suka membaca tetapi ketika ia tumbuh dan hidup bersama yang menyukai buku dan membaca, ia bisa menjadi pembaca juga.


Di hari buku nasional tanggal 17 Mei 2023 ini saya hanya ingin merefleksikan diri sebagai pembaca dan orangtua yang membaca. Bagaimana kita ingin anak-anak cinta membaca jika kita sendiri tidak mencintai membaca buku? Amat buruk jika kita komando anak-anak agar membaca buku, kita sediakan buku-buku sejak usia bayi, lalu kita sendiri tidak membaca. Perkara membaca literasi bukan hanya sekedar ada buku, dibaca sudah selesai dan berlalu begitu saja.

Yona Primadesi dalam esainya, Bukan Sekedar Baca Tulis, menjelaskan dua acuan praktik literasi di seluruh dunia, yaitu Deklarasi Praha dan UNESCO. Literasi dalam Deklarasi Praha dirumuskan menjadi literasi informasi (information literacy) yang meliputi:
  • Literasi dasar (basic literacy);
  • Kemampuan meneliti dengan menggunakan referensi (library literacy);
  • Kemampuan untuk menggunakan media informasi (media literacy);
  • Literasi teknologi (technology literacy);
  • Kemampuan mengapresiasi grafis dan teks visual (visual literacy).
Sedangkan UNESCO mendefinisikannya lebih universal, literasi adalah proses pembelajaran seumur hidup, lebih dari sekedar membaca, menulis dan berhitung. Literasi bermakna praktik dan hubungan sosial terkait pengetahuan, bahasa dan budaya.

Saya sendiri baru mengerti hal ini setelah membaca esai tersebut beberapa hari kemarin. Bahwa memang gerakan literasi kita seharusnya bukan hanya mengajak orang untuk gemar membaca dan bebas buta aksara dan mengonsumsi buku bacaan yang selalu memenuhi rak toko-toko buku melainkan mendidik diri menjadi manusia pembelajar seumur hidup yang berdaya nalar dan mampu mengenal dan mengelola informasi. Ini menjadi pekerjaan rumah yang mungkin masih cukup jauh dari kata selesai. Saya pun kembali memikirkan proses literasi di rumah kami yang telah berjalan ini sepertinya belum masuk kriteria sesuai definisi UNESCO.


Agaknya terasa berat ya tugas meningkatkan kemampuan literasi ini? Benar, terlebih di kondisi masyarakat yang dominan berpendapat, ngapain sih baca buku? Hahaa.. Melihat orang membaca buku di tempat umum adalah suatu keganjilan bagi penduduk negeri ini. Belum lagi didukung oleh harga buku baru yang cenderung mengikuti inflasi ekonomi sehingga sebagian keluarga yang anggarannya terbatas memilih untuk tidak membeli buku. Hal ini memang menjadikan buku belum masuk daftar prioritas belanja keluarga.


Di hari buku nasional ini, harapan saya adalah semua pihak yang berperan meningkatkan kompetensi literasi mendefinisikan lagi apa itu masyarakat yang literat? Apakah sekedar beli buku; baca buku lalu tinggalkan buku dalam rak? Atau menjadikan mereka membaca; mengkaji isinya; memberikan pemberdayaan dan menghasilkan karya yang kembali lagi dapat meningkatkan nalar kritis atas informasi?


Mungkin para penerbit perlu memangkas ongkos produksi dan penyelenggara negara bisa mengambil celah dengan memberi subsidi. Hasilnya diharapkan harga buku dapat lebih terjangkau lagi dan akan memperluas distribusinya ke semua tempat. Belajar dari Korea Selatan yang ternyata saya tahu kenapa begitu banyak buku-buku Korea diterjemahkan sekarang ini. Itu semua termasuk bagian dari upaya pemerintahnya yang membuat pusat budaya literasi agar karya warganya dapat diterjemahkan dan disebarluaskan di seluruh dunia.

Saya mengutip sebuah artikel di media internasional tahun 2016, bahwa sekarang ini pemerintah Korea bukan hanya mendukung anak muda untuk membaca buku tetapi juga untuk orang di luar Korea untuk membaca karya mereka. Negara yang berambisi memiliki pemenang nobel literasi ini begitu semangat memberikan dana untuk penerjemahan sebab syarat menjadi pemenang nobel literasi adalah karya yang bisa dibaca panitianya. 

Memang agak sulit dan terlalu jauh kalau jadi pemenang nobel literasi ya, tetapi tidak apa-apa masyarakat pasti dukung negerinya kalau punya visi yang sama, buktinya Korea Selatan. Karya pengarang asal Korea sudah mendapat penghargaan Man Booker Prize dan ALMA Awards. Ini menjadi bukti bahwa upaya membuat literasi bukan sekedar baca, tetapi membaca bacaan yang bagus sehingga bisa menghasilkan karya yang diakui dunia.  


Jadi, marilah kita semangat lagi meningkatkan kompetensi literasi masyarakat Indonesia di hari Buku Nasional 2023. Semoga buku mudah diakses siapapun dan bolehlah coba penerbit buku berkumpul bersama dan membuat cetakan versi e-reader agar bisa dijangkau pembaca bahasa Indonesia di seluruh dunia, ahaha (curcol seorang yang tak bisa baca buku terbitan Indonesia di e-reader). Ini hanya sekedar curahan hati pribadi yang kok rasa-rasanya jadi semacam esai! Wkwk... 
30 comments on "Hari Buku Nasional: Sudah Literatkah Kita?"
  1. Baru tahu soal Kemampuan mengapresiasi grafis dan teks visual (visual literacy), selama ini tahunya poin poin yang lain aja. Kalau begitu memang masih banyak yang perlu ditingkatkan bagian literasi ini ya. Supaya sumber daya manusia Indonesia bisa lebih baik lagi ke depannya

    ReplyDelete
  2. sejak kecil, ibu saya sudah membiasakan mendongeng saat dia waktu tidur slang. Waktu itu saya belum benar-benar mengenal huruf dan angla, tapi surah bisa memahami gambar alias jalan cerita. Jadi, Kalau ibu saya agak ngaco menceritakannya, saya bisa protes. Kebiasaan ibu bercerita berpengaruh banyak bagi keinginan saya untuk belajar membaca dan cinta sama buku hingga saat ini. Walaupun, makin ke sini diakui waktu luang saya untuk membaca semakin. berkurang ya karena perubahan teknologi

    ReplyDelete
  3. Saya mulai suka membaca tuh sejak jaman SD. Inget banget kalau pas ikut ibu belanja buat barang-barang toko tuh suka melipir ke pedagang buku buat beli majalah bobo sama kartun donald duck. Dulu yang favoritku adalah Nirmala dan kurcaci itu. Terus pas SMP makin suka tuh ke perpus buat pinjam buku..

    ReplyDelete
  4. Dulu mah seneng banget saya baca buku. Pasti berkunjung ke perpustakaan daerah itu bisa seminggu sekali, minimal baca dua buku. rata-rata yang saya baca memang karya fiksi.
    Tapi sekarang memang agak jarang, apalagi semenjak media informasi semakin beragam bentuknya.

    ReplyDelete
  5. semoga saya termasuk yang sudah melek literasi dan bisa menularkannya ke anak-anak serta orang-orang sekitar

    ReplyDelete
  6. Saya lagi berusaha meningkatkan minat baca anak dan untuk pribadi juga ingin baca lebih banyak buku nih. Memang harus digiatkan kegiatan literasi agar melek dan luas wawasan kita

    ReplyDelete
  7. Iya anak sekarang minim banget baca buku. Lebih senang ke gadget.. Saya biasanya kasih waktu setelah magrib baca buku dulu walau cuma 1 halaman. Besoknya lanjut lagi,

    ReplyDelete
  8. Huhuhu.. aku banget ini. Giliran baca buku malah ngantuk. Tapi beda cerita kalau bukunya ada gambarnya walaupun tidak banyak.Jadi kadang-kadang untuk mengatasi jenuh, aku suka berhenti sesaat.

    ReplyDelete
  9. Bersyukur banget saat ini untuk bisa mengakses buku atau bacaan buku sudah sangat mudah sekali, bahkan ingin membeli atau membaca buku secara online sekarang sudah tersedia dimana-mana. Tinggal cari beli atau cari baca di perpus atau toko buku yang menyediakan buku yang ingin dibaca... Dengan akses yang mudah seperti ini semoga minat baca kita bisa semakin bertambah, dan ilmu yang kita dapat pun bisa semakin luas.,

    ReplyDelete
  10. Beruntung sekali anak jaman sekarang bisa mengakses buku dengan mudah. Jaman saya masih tinggal di Papua, nemu buku itu susah sekali. Paling buku pelajaran yang ada. Saya baru kenal dengan novel dan buku biografi tuh pas SMA, ketika pindah sekolah ke Jawa. Sejak itu jadi suka banget nongkrong di perpustakaan di mana pun.

    ReplyDelete
  11. Inget banget pesen orang tua waktu aku masih kecil, "Membaca bikin kita pinter" akhirnya aku memutuskan untuk membaca sejak kecil, sampai sekarangpun hobiku membaca

    ReplyDelete
  12. Aku senang membaca sejak kecil, karena kedua orangtuaku sering mengajakku ke Gramedia dan Gunung Agung. Belanja buku-buku yang banyaaaak kemudian dibaca saat santai. Kalau anak-anakku alhamdulillaah gemar membaca juga, terutama kalau ada Big Bad Wolf maupun pameran buku, senang diajak ke sana.

    ReplyDelete
  13. Sekedar membaca tidak bisa dikatakan sudah meningkat literasinya ya mbak, karena literasi tak cuma membaca. Sayangnya, dimasyarakat kita sudah tertanam literasi = membaca.

    Saya pun berharap, harga buku bisa lebih murah, terutama buku anak-anak. Semoga harapan ini suatu saat bisa terwujud

    ReplyDelete
  14. masih struggling untuk meningkatkan lg literasi kiddos, buku yang selalu disupply juga kadang kalah menarik buat mereka sm gadget ya. pdhal dulu zaman mrk blum sy perbolehkan make gadget (sebelum pandemi) buku jadi teman hari2

    ReplyDelete
  15. baru tahu juga sih ada hari buku. kalo molly dulu di rumah ada perpustakaan kecil. isinya kebanyakan buku2 ayah, tapi ada juga buku2 anak2 untuk molly hadiah dari orang atau dibeliin ayah. jadi dari kecil Molly sudah terbiassa sama buku.

    ReplyDelete
  16. Kesukaan aku membaca buku didukung orangtua yang selalu menyediakan buku dan majalah atau novel buatku . Padahal posisiku saat itu di MAbon tapi terasa deakat karena bacaan.

    ReplyDelete
  17. bicara soal tingkat literasi negara ini, kita memang sedih ya mba, karena masih perlu ditingkatkan lagi. Semangat.. yang penting jangan lupa tularkan semangat baca kepada anak - anak kita

    ReplyDelete
  18. Masya Allah, baca tulisan ini jadi ingat janji saya sama anak buat ke toko buku. Duh, belum kesampaian. Gimana lagi di zaman sekarang kalo nggak dipaksa baca buku, anak2 lebih suka main Hp. Iyah kan Mba.

    ReplyDelete
  19. akses yang terbuka dan mudah di era digital sekarang ini memungkinkan kita semua untuk membaca banyak buku meski dalam format digital

    ReplyDelete
  20. ekonomi masyarakat juga menjadi penyebab kenapa lemahnya literasi, kesadaran ini perlu digalakkan sejak dini, termasuk bukan hanya keluarga kita, tapi peduli anak sekitar juga. Mau enggak kita meminjamkan buku ke anak-anak yang kurang mampu?

    ReplyDelete
  21. Tapi memang sekarang kalau denger "literasi", yang langsung terpikir ya baca buku sih. Karena memang itu baru langkah pertama dalam proses Literasi itu kan yaa?

    Paling merasa beruntung tuh kalau kita aware literasi itu memang penting, jadi kita bisa menumbuhkan kebiasaan membaca ke anak-anak kita dulu yaa.

    ReplyDelete
  22. Aku ngaku suka baca buku tapi hanya buku tertentu yang aku baca, huhu. Kayaknya belom bisa dibilang pecinta buku nih. Tapi memang beneran banyak manfaatnya baca buku itu meskipun bukan buku yang berat-berat banget. Dan pengen banget juga anak-anakku kelak mau baca buku di tengah gempuran game online dan kawan-kawannya.

    ReplyDelete
  23. Aku sejak kecil suka baca, tapi tidak pernah diajak ke toko buku karena di kotaku tidak ada toko buku (waktu itu). Bisa baca buku ya dari perpustakaan, beli majalah juga nabung dulu. Sekarang sudah jadi ibu, anakku tak beliin berbagai macam buku. Tapi kadang mau baca kadang ya ogah-ogahan.

    ReplyDelete
  24. aku sukaaa banget baca. tp sayangnya anak2 ni semenjak pandemi susah bgt diajak baca, yg abege jg mulai bosan. mesti diajarin lg pelan2. doakan yaa.. sayang bgt soalnya buku2 di rumah ada banyak >.<

    ReplyDelete
  25. Ah, setuju banget sih. kemampuan dan kemauan membaca buku itu dicontohkan. Ibu dan ibu mertua saya nggak heran kenapa cucu cucunya suka sekali membaca buku, ternyata memang sejak kecil saya dan suami emang hobby baca buku (sampai sekarang). kami adalah tipe yang kalau diberikan buku satu ruangan, kami rela berada di ruangan itu sampai buku habis dibaca hehehe.

    ReplyDelete
  26. Wah masa kecil kita sama, Mbak. Suka baca buku tetapi sumber daya kurang memadai. Dulu saya suka beli buku bekas sih jadinya hehehe. Btw, suami saya nggak suka baca buku. Dua anak kami, yang pertama kurang suka baca sedangkan yang kedua suka. Padahal dua2nya sama-sama saya sediakan buku sejak kecilnya. Apa ada genetik yaa...wkwkwkw.

    ReplyDelete
  27. Hari buku nasional pengingat berapa buku yang sudah di baca bulan ini. Hi hi hi pr banget bagi Mpo

    ReplyDelete
  28. Senengnya tuh, buku sekarang seakan mengikuti gaya hidup anak gen alpha yang lebih senang buku-buku minim tulisan, banyak visual dan disediakan versi audiobook.
    Semoga literasi tetap tumbuh menjadi kebiasaan baik anakanak zaman sekarang.

    ReplyDelete
  29. saya juga dari kecil suka baca buku, mbak. alhamdulillah sama orang tua juga difasilitasi dengan langganan majalah bobo waktu kecil dulu. nah buat anak-anak agar pr nih biar mereka doyan baca buku juga soalnya sekarang juga ada gadget yang lebih menarik bagi mereka

    ReplyDelete
  30. Di era digital seperti sekarang ini sayang banget ya anak-anak kebanyakan main hp dibandingkan baca buku. Tantangan jadi ortu zaman now nih mengenalkan buku ke anak biar mereka makin cinta membaca

    ReplyDelete

Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..

Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya