Keputusan Homeschooling

15:53


Sebelumnya saya hanya pernah sayup-sayup mendengar tentang homeschooling. Dulu itu berlaku bagi anak-anak yang jadi artis di usia sekolah karena waktunya terbagi antara pekerjaan dan belajar. Eh, ternyata bukan begitu konsepnya! Suami saya sudah mendengungkan ide ini sejak anak kami berusia satu-dua tahun gitu, saya yang anak sekolah negeri tulen agak heran juga dengan konsep ini, lha ya coba gimana gitu gak sekolah dan ambil ujian persamaan paket pendidikan, yakin nih?

Saya pun mulai cari tahu konsep pendidikan bernama homeschooling (HS). Saya ikuti webinar dari pasangan suami istri yang full homeschooling ketiga anaknya. Banyak yang saya tanyakan, diskusikan dan akhirnya membuat pikiran saya lebih terbuka mengenai konsep ini. Selain itu, saya juga diperlihatkan dan bertemu keluarga lainnya yang juga menerapkan HS. Lalu, saya terpukau wkwkw…

Photo by Taylor Heery on Unsplash


Anak saya sudah memasuki usia 2 tahun lebih, saya bertemu metode belajar anak yang menyenangkan dan berlanjut dengan kesepakatan bahwa konsep ini bisa diterapkan pada anak. Saya pun mempelajarinya dan membuat sendiri beberapa alat belajar (aparatus) di rumah berbekal sumber dari blog dan website di internet. Saya hampir mau lanjut kuliah sertifikasinya lho, dulu sih biayanya puluhan juta setahun, hahaha gak tahu deh kalau sekarang berapa. Lalu, saya diskusi ke teman yang sudah kuliah duluan dan menurutnya jika buat di rumah sih tak perlu-perlu banget ambil kuliah diploma. 



Akhirnya, saat anak memasuki usia 4 tahun lebih saya makin intens mengajarkannya membaca, menulis dan hal penting terkait iman dan ibadah. Alhamdulillah, anak saya dimudahkan belajar membaca melalui fonik dan bisa membaca lancar di umur 4 tahun lebih. Pas tahun 2020, masuk 5 tahun masih nyari sekolah gitu, terus Covid, jadi berpikir ulang tentang rencana sekolah formal dan sepertinya tidak bisa berharap banyak pada sekolah formal. Akhirnya, kami memutuskan tidak menyekolahkannya ke TK dan belajar di rumah saja.


Saat itu saya juga belum mendaftarkan anak ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) karena masih mencari yang cocok. Jadi, masuk SD kelas 1 nanti sudah sekalian daftar PKBM. Eh, jadi niat HS nih? Iya, karena kami saat itu harusnya pindah ke Bandung karena suami saya melanjutkan sekolah juga. Setelah itu, belum tahu pasti akan tinggal dimana, terus kalau pindah sekolah dan nyari-nyari lagi sepertinya melelahkan juga. Selain itu, saya merasa dengan homeschooling bisa lebih fleksibel memilih metode belajar untuk anak yang ternyata ada banyak banget, haha.


PKBM itu banyak ya dan memang ada yang khusus bagi anak-anak tidak bisa sekolah formal terkendala biaya dan kemampuan, ada juga yang sangat mendukung HS karena biasanya yang bikin orang tua yang pengalaman HS untuk anak-anaknya. Saya sempat cari-cari tahu di beberapa tempat termasuk cara belajar, kurikulum yang saklek atau fleksibel dan juga biaya pendidikannya termasuk uang tahunan, SPP dan biaya lain-lain. Alhamdulillah, setelah muter-muter ke sana sini, kami bisa menemukan tempat yang saat ini insya Allah baik sebagai rekan kami untuk HS. Tempat yang nyaman dan sangat mendukung atmosfer untuk cinta ilmu dan belajar.

Keputusan HS tidak bisa dadakan, perlu pertimbangan yang matang dan hendaknya bukan jadi bentuk kekecewaan kita pada pendidikan formal yang pernah kita jalani dulu, misalnya karena dulu di sekolah umum begini, begitu, dan pernah banyak dapat “luka” akhirnya memutuskan HS. 

Justru berangkatlah HS bukan karena kekecewaan atau luka dan perasaan negatif dari pengalaman melainkan kita inginkan cara baru dan metode yang bisa menyesuaikan dan disesuaikan dengan kondisi anak & orang tua untuk mendukung pendidikan. Belajar bisa di mana saja, tidak mesti berangkat sekolah, baik formal dan non-formal semuanya sama-sama punya kebaikan dan tentu kekurangan. 

Photo by sofatutor on Unsplash


Mari ambil yang baik dan sesuaikan dengan kondisi tiap keluarga. Saya tidak sugar coating HS itu paling enak, justru emang paling ribet wkwk… haha begitulah rasanya. Mesti mau belajar dan tumbuh bersama anak, open mind dan growth mindset jadi modal besar orang tua yang memutuskan HS.
41 comments on "Keputusan Homeschooling "
  1. Macam² cerita seputar homeschooling ini.
    Ada yg cocok....ada yg engga.

    Klo anakku pas SMP homeschooling

    Tapi sekarang SMA ambil sekolah umum berbasis agama

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak, cocok-cocokan hehe.. wah keren mbak nurul sampe SMP kuat HS nih hehe, nyontek ilmunya dong mbak

      Delete
  2. Ikut rumah inspirasi ya mbak?
    Trus pake Montessori?
    Aku penasaran kalau udah SD gimana ya belajar a la Montessori?
    Oh ya anaknya sekarang kelas berapa? 1 SD di PKBM?
    Btw iyes HS itu ribetin diri sendiri, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. dulu aku pas 2018 ikut yg usia dini, setelahnya nyambi Montessori dan lumayan juga sih menarik kurikulumnya, banyak di blog yg US based cara HS pakai Montessori juga kok, skg anakku udah setara 2 SD soalnya masuk dari tahun ajaran 2021 alhmdulillah

      Delete
  3. Memang deh memutuskan anak2 belajar di sekolah biasa atau home schooling itu ga mudah. Banyak pertimbangan masak2. Tergantung situasi dan kondisi setiap anak maupun keluarga. Kebetulan aku sedang mencari tahu soal HS untuk keponakanku yang usianya 7 tahun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbak, ini juga aku bolak balik, gimana ya, yakin nih, alhamdulillah, Allah kasih pertolongan

      Delete
  4. Iya, HS tuh bukan sebuah keputusan tiba-tiba karena butuh kesiapan kedua orang tuanya. Kesiapan untuk sama-sama belajar, kesiapan memfasilitasi anak belajar. Yang paling berat tuh menurut pengalaman saya adalah konsistensi kedua orang tua, dan mesti tahan sama omongan saudara/teman/tetangga yang bertanya kenapa anak-anak nggak sekolah. Pertanyaan yang lebih ke kepo sih menurut saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwk,,, kalau itu mah udah pasti tidak usah diambil hati pendapat orang.. daripada pusing ya kan

      Delete
  5. Wah, akhirnya home schooling yaa. Semangaatt Shiva, semoga dikuatkan dan selalu sabar menjalankan home schooling ini yaa.
    keren deh bisa ambil keputusan untuk home schooling aja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak Isti, alhamdulillah... wkwkw juggling juga sih selalu HS mah, haha... aamiin makasih doanya kak isti, semoa Allah juga kuatkan kesabarannya

      Delete
  6. Memutuskan untuk HS bagi anak-anak itu sebuah pemikiran yang pastinya dilakukan dengan proses yang cukup lama sebagai orang tua ya mbak. Dan HS ini cocok untuk keluarga dengan orang tua yang sering pindah tugas ke kota atau negara lain. Ribet sih kalo ngikutin pindah orang tua, ngurus sekolah baru yang pasti beda peraturan juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, beberapa teman saya juga ada yang HS karena faktor pindah-pindah ini.

      Delete
  7. Nggak mudah ya mbak pilih sekolah, baik sekolah umum atauun khusus seperti HS. Banyak hal yang harus dipersiapkan, semoga HSnya dimudahkan ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi orang tua memang pertimbangannya banyak kalau soal sekolah ya mbak, insyaAllah semoga doanya diijabah aamiin

      Delete
  8. Sempat ingin HS juga tapi akhirnya memilih belajar biasa di sekolah. Memang bagaimanapun harus kita perhitungkan banyak hal ya mba sebelum memutuskan ambil HS atau nggak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, soalnya terkait dana dan berbagai fasilitas pasti beda sama yang sekolah umum

      Delete
  9. Waah Salut buat ortu yang memutuskan home schooling buat anak-anak nya di rumah. Soalnya pasti ngajarin sendiri dan lebih ribet tentunya. Beda sama yg masukin sekolah formal dan ortu terima beres

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk memutuskan anak HS dibutuhkan niat, komitmen, dan tentunya proses pendampingan yang lebih berlipat kali dibanding anak yang sekolah formal.

      Delete
    2. Iya bener mbak Nunung, si paling ribet itu ya HS cuma kita pandai-pandai aja menyederhanakan, hehehe

      benar mbak Hidayah, aku pun kuat-kuatan sabar sm anak wkwkw

      Delete
  10. Halo mba salam kenal. Saya tunggu tulisan lanjutan tentang HS ini mba. Karena jujur saya juga sedang bingung cari sekolah anak akhirnya berfikir apakah HS saja. Tapi ini masih mentah banget, aku sangat perlu tahu apa saja yg harus dipersiapkan dan apakah aku mampu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal mbak Hikmah, insya Allah aku lanjutkan semoga bisa jadi manfaat buat semua, intinya semua sesuai apa yang mau dicapai sama keluarga, jika dgn HS bisa silakan, jika harus sekolah umum silakan, dan penting ada kesepakatan suami dan istri

      Delete
  11. Kami juga awal-awal anan batita merasa mampu, sehingga memilih HS. Dengan berbekal buku dan niat, semua kami lakukan. Qodarulloh, lalu aku hamil lagi dengan jarak dekat dan jadwal HS kakak jadi kurang teratur lalu akunya cranky karena suami belum bisa bantu.

    Setelah itu, kami merasa kudu ada jalan tengahnya yakni dengan bersekolah formal dan tetap berkumpul di komunitas HS untuk tetap memperkaya wawasan kakak dan adik.

    Senang sekali karena di Bandung banyak komunitas HS yang bisa diikuti. Selamat berjuang, kak Shiva.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kondisi du luar dugaan bisa berubah ya, alhamdulillah yang penting anak senang belajar baik di sekolah umum atau HS, yaa makasih supportnya

      Delete
    2. Sering lihat anak sepupu atau temen kuliah yang berbagi mengenai kurikulum HS. Aku seneng banget.. Kalau kopdar juga masih nyambung sama obrolan para home schooler. Karena ada banyak point penting yang bisa aku ikut terapkan.

      Aku menunggi kak Shiva berbagi aktivitas HS-nya nih..
      Sepertinya seru kalau ditulis di blog dan menjadi portofolio anak-anak yang bisa dikenang.

      Delete
  12. Nah ini keputusan HS ga bisa dadakan perlu pemikiran matang, maka belajar dan tumbuh bersama anak, open mind dan growth mindset jadi modal besar orang tua yang memutuskan HS pastinya. Semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mbak Dian, benar perlu diskusi panjang ehhee

      Delete
  13. Kagum banget ama ortu yang anak2nya homeschooling, apalagi yang diajar sendiri oleh sang ibu. Kesabarannya itu lho!

    Homeschooling emang lebih fleksibel ya dan gak kayak di sekolah konvensional yang kudu saklek nurut ama kurikulum, kebanyakan PR, anak jadi stress, dll.

    Semoga lancar terus homeschoolingnya ya.

    Dulu anakku sempat mau homeschooling karena dia anak istimewa (dan hanya betah 2 hari di SDN) tetapi gak jadi, akhirnya pindah ke SD alam.

    ReplyDelete
  14. Memang kalau homeschooling program kita dah harus kuat plus konsisten. Jadi berhasill. Emak kudu fokus ke bocah. Kalau ga konsisten agak berat sih menurut saya. Dan saya tuh suka bosenan... xixixi... apalagi kudu 17 tahun bersama.. xixixi... give up.

    ReplyDelete
  15. Hehe semangat mbak
    Homeschooling ini seru kok
    Tapi emang harus kompak sekeluarga
    Baik ayah maupun ibu, harus mau berbagi peran sebagai fasilitator pembelajaran anak
    Dua anak Sy usia SD juga homeschooling

    ReplyDelete
  16. Wah Shiva akhirnya HS ya? MasyaAllah, semoga dimudahkan ya dalam mendampingi anak-anaknya nanti. Salut aku sama ortu yang berkomitmen untuk HS pastilah sudah melalui pemikiran panjang banget & niatan yang kuat.

    ReplyDelete
  17. Meski HS anak2 tetep sukaak sekolah offlinr karena banya keg offline. Memamg Home Schooolinggampang2 susah jd kuatkan mental orang tua dulu (gusti heni)

    ReplyDelete
  18. Salut banget sama orang tua yang akhirnya memilih Homeschooling untuk anaknya. Kebayang gimana repot dan telatennya. Huhuhu, aku mah kayaknya gak sanggup. Gak bisa sabar ngadepin anak. Disekolahin di sekolah biasa aja, aku sering kepayahan nemenin mereka belajar. Apalagi HS. Saluuut!

    ReplyDelete
  19. Saya pas taun 2000an suda mikir kayaknya anak-anak omescoling saja. Saya ngeri liat kurikulum sekola kita yang semakin ari semakin berat. Anak tidak bisa fokus pada minatnya. Kasian juga dengan beban anak belajar yang ektra berat setiap ari. Tapi suami masi berat kalau anak full omesoling.

    ReplyDelete
  20. Salut sama ortu yang memilih HS. Saya ngerasain anak sekolah di rumah pas pandemi selama 2 tahun aja rasanya lelah sekali. Kerjaan jadi tambah banyak wkwk.

    ReplyDelete
  21. Welcome to the club mbak
    Aku juga sudah tahun kedua ini menjalani homeschooling untuk anak anakku
    Memang butuh sabar dan konsistensi orang tua dalam mendampingi anak anak homeschooling ini

    ReplyDelete
  22. Benar-benar penasaran dengan anak2 yang HS dan metode pembelajarannya mbak,. Plus salut juga orangtua yang mendukung homeschooling ini.
    Karena ketelatenan, dan kesabaran utk support anak selama HS

    ReplyDelete
  23. Saya selalu salut kepada orang tua yang memutuskan anaknya untuk home schooling karena menurut saya hs ini lumayan berat dan saya belum mampu untuk menjalankannya

    ReplyDelete
  24. saya malah kagum mbak sama orang tua yang memutuskan homeschooling buat anak-anaknya. karena artinya orang tua benar-benar terlibat kan ya dalam proses pendidikan anak. jujur kalau saya nggak bisa kayak gitu

    ReplyDelete
  25. Aku selalu salut pada orangtua yang memutuskan untuk homeschooling bagi anak-anaknya. Udah kebayang bagaimana repotnya menyusun pembelajaran, membuat evaluasi2 agar anak-anaknya nggak ketinggalan secara akademik dengan anak-anak lainnya.

    ReplyDelete
  26. Keputusan untuk home schooling atau sekolah biasa (baik swasta atau negeri) memang tergantung masing-masing keluarga ya mbak. Kita tau yang paling pas buat anak. Semoga anak-anak diberi keberkahan dalam mencari ilmu dimana saja dengan cara apa saja.

    ReplyDelete
  27. Aku belum terlalu tau bagaimana sistem pembelajaran homescholling ini seperti apa, tapi dari pembelajaran yang ada dan biaya jika dibandingkan sekolah biasa katanya cenderung lebih mahal dan memang tergolong pembelajaran yang istimewa.. Semoga dedenya bisa mengikuti dan bisa lulus serta menjadi anak yang berbakat yaa..

    ReplyDelete

Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..

Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya