Keluarga Milenial: Waspadai Middle Income Trap

06:17


"Haduh, tiap bulan gaji rasanya cuma numpang lewat doang" 

"Gimana nih Yah? Masa setiap bulan keuangan krisis terus?"

"Ya habisnya, kamu suka belanja online sama makan di luar terus sih..."

"Lho, kok aku? Aku juga belanja kan buat kebutuhan kita semua kali.."

"Yha, gitu kalau enggak mau krisis moneter mesti kurangin belanjanya..."


Familiar dengan potongan ilustrasi di atas? Familiar denger cerita orang atau karena pengalaman sendiri? Hehe... 


Sebagai keluarga milenial ternyata ada hal-hal yang kadang enggak disadari bikin kondisi keuangan hampir krisis. Wah, kalau tiap bulan krisis terus bisa bahaya lho.
Bayangin aja, gaji kita naik sekian dan berhubung gaji udah naik wajar dong kebutuhan belanja sana sini juga naik. Boleh? Boleh dong kan gaji gue gitu, bukan gaji lo.. haha.


Ternyata, pemikiran ini yang kurang tepat bagi sebagian orang bergaji. Sebab peningkatan gaji harusnya meningkatkan investasi kita, bukan konsumsi! Nah, kalau terus-terusan begitu lama kelamaan keluarga milenial bisa terkena middle income trap.


Kalau kondisi neraca keuangan bulanan kamu gimana?  Positif, balans atau negatif nih? Ngapain sih kita mesti cek kesehatan keuangan kita? Jawabannya adalah untuk mengetahui kondisi keuangan kita sendiri. Idealnya, kita dapat rutin menabung minimal 10% dari penghasilan. 





Nah, lho....


Sudah punya tabungan berapa sampai saat ini?  


Eng... berapa ya.. Duh, belum dihitung lagi. Nabungnya nanti aja deh. 



Kalau nabung di sisa saldo belanja tiap bulan maka kita enggak bakal nabung sampai kapanpun. Kunci untuk menabung adalah potong di awal saat kita baru menerima gaji. Nah, baru deh setelah itu bebas mau belanja sesuai rencana.


Memang kalau belanja harus sesuai rencana? 


Iyalah, kalau enggak kita bisa terjebak dalam middle income trap nanti. Lol. Kenapa disebut kaum middle income? Ini pembagian kelas menengah berdasarkan pendapatan bulanan dari Bank Dunia.


Pertama kelas menengah dengan pendapatan Rp2,6-5,2 juta per bulan (38,5 persen). Kedua, kelas menengah dengan pendapatan Rp5,2 -7,8 juta perbulan (11,7 persen). Ketiga kelas menengah dengan pendapatan Rp7,8-13 juta perbulan (5 persen) serta golongan menengah berpendapatan Rp13-26 juta perbulan (1,3 persen).¹


Infografik Kelas Menengah

Jadi, memang kaum kelas menengah paling tinggi populasinya ini dari seluruh populasi rakyat Indonesia. Biasanya di dalam kelas menengah ini termasuk profesional, pekerja terampil serta manajemen bawah dan menengah.


Saya agak geregetan sama kaum kelas menengah yang pendapatannya pas-pasan sebagaimana Bank Dunia sebutkan tetapi gaya hidupnya itu selangit. Setiap gaji naik maka akan naik juga pengeluaran belanja. Misalnya saya punya gaji lima juta masih pakai ponsel Cina, ketika gaji saya naik jadi tujuh juta saya ganti ponsel Iphone 7 dan belinya pun dicicil. Dulu saya liburan cuma ke Bandung eh, setelah gaji naik langsung berani liburan ke Australia. Nah, begitu terus seperti lingkaran setan. Gaji nambah, hutang nambah, enggak ada habisnya.  


Mau sampai kapan begitu terus??



Itu yang namanya middle income trap. Gaya hidup kelas menengah yang demikian membuat kita berani berhutang demi hal-hal yang tidak terlalu penting. Padahal gaya hidup seperti inilebih banyak ruginya. Kita jadi terlilit hutang di bank, saudara atau teman kita sendiri. Jangan sampai hidup enggak tenang karena terjebak dalam jebakan kelas menengah.




Aakar Abyasa, CEO Jouska Financial menyebutkan bahwa kaum middle income ini berharap suatu saat di masa depan mereka bisa naik kelas ke level wealth alias orang kaya sungguhan. Sayangnya, level 'kaya' ini akan makin sulit tercapai jika mereka terus terjebak dalam gaya hidup demikian.

"When rapidly growing economics stagnant at middle income levels for many years and fail to reach high income level."

Kalau sudah tahu begitu harus bagaimana?


Sebagai ibu, kita memiliki tanggung jawab dalam pengaturan keuangan keluarga. Bagaimana enggak, kalau tiap bulan gaji suami berujung di dompet para istri, haha, bener kan pak suami udah kayak ATM, lol.


Oleh sebab itu, untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga, Sinarmas MSIG Life bekerjasama dengan Komunitas Emak-emak Blogger mengundang para emak blogger dalam diskusi bertajuk "Smart Mom, Protect Your Family's Smile". Saya sebagai pesertanya merasa beruntung dapat hadir karena literasi keuangan saya makin meningkat.


Saya jadi lebih paham pentingnya perencanaan keuangan keluarga sejak dini. Misalnya, saya dan suami saat ini sudah punya satu orang putri berusia dua tahun. Nah, penting banget bagi keluarga kami menambahkan bagian dana pendidikan anak dalam rencana keuangan. Saya dapat cerita dari teman yang anaknya masuk sekolah dasar saja butuh dana sejuta lebih untuk SPP bulanannya saja. Alamak, apa kabar nanti zaman Kristal?


Nah, dalam rumahtangga "Yuk, Atur Uangmu" agar tidak terjebak dalam jebakan kelas menengah.


1. Lakukan Financial Check Up




Bagi yang sudah menikah, dapat berdiskusi dengan pasangan untuk mengetahui kondisi keuangan bersama. Dirunutkan semua aset mulai dari harta, tabungan dan investasi yang dimiliki baik suami atau istri. Jika sudah, jangan lupa hutang yang juga dimiliki harus dicatat ya. Kalau tanah dan kendaraan juga? Iya, selama itu tanah atau kendaraan ada bukti kepemilikannya termasuk dalam harta dan harus dihitung.


Ngomong-ngomong soal bukti kepemilikan ini perlu diwaspadai banget ya. Terutama bukti kepemilikan harta tak bergerak semacam rumah, tanah, dan bangunan. Sebab, jangan sampai kita miliki hartanya tapi surat bukti itu belum berupa sertifikat sah. Salah-salah yang ada nanti rumah kita masih atas nama orang lain dan pemilik namanya sudah meninggal pula. Duh, alamat kesulitan mengurus surat-suratnya nanti.


2.  "Yuk, Atur Uangmu" dengan bijaksana



Kita punya uang dan harta lainnya. Nah, supaya uang dan harta itu tidak menjadi hal yang sia-sia maka kita harus pandai membagi penghasilan untuk pos-pos kebutuhan hidup. Diharapkan juga pos-pos yang sudah diatur ini jangan sampai ada kebocoran seperti belanja atau jajan yang sebenarnya tidak perlu.


3. Tentukan Goals untuk kurun waktu tertentu



Tentang target keuangan bersama perlu dibicarakan sejak sekarang. Mau kapan beli rumah? Kapan punya investasi di reksadana? Kapan menyiapkan dana pendidikan anak? Termasuk juga dana pensiun setelah memasuki usia lanjut nanti. Pilih produk investasi yang tepat, jangan tertipu oleh investasi bodong ala-ala kasus biro perjalanan itu ya, eh.



Berbicara mengenai investasi sudah lanjut tentang proteksi. Salah satu bentuk proteksi keuangan adalah asuransi. Nah, asuransi  sendiri yang konvensional ada, yang berbasis syariah juga kini sudah banyak produknya. Jadi, tinggal pilih mau yang mana, yang sesuai dengai value keluarga masing-masing.




Sinarmas MSIG Life merupakan perusahaan asuransi yang populer di masyarakat. Perusahaan asuransi ini sudah berdiri sejak April 1985.

Dengan berbagai perkembangan dan perubahan, nama perusahaan berganti menjadi menjadi PT Asuransi Jiwa Sinarmas pada 2007 sebelum akhirnya melakukan joint venture dengan Mitsui Sumitomo Insurance Co., Ltd. pada tahun 2011. Sejak saat itu, 50% kepemilikan PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG juga dikenal sebagai Sinarmas MSIG Life (SMiLe).




Sinarmas MSIG Life dinobatkan oleh Infobank sebagai Digital Brand of the Year 2015 Terbaik Ke-3 untuk kategori Asuransi Jiwa pada bulan Maret 2015. Sementara itu, Majalah Investor mendaulat Unit Bisnis Syariah Sinarmas MSIG Life sebagai Asuransi Jiwa Syariah Terbaik untuk Aset di atas Rp 200 Miliar pada Best Syariah 2015 di bulan Agustus 2015. (Sumber: website Sinarmas MSIG Life)


Wah, ternyata banyak juga yang harus dipersiapkan perihal keuangan keluarga. Apalagi keberadaan middle income trap kadang masih tidak disadari oleh keluarga milenial. Jangan sampai kondisi keuangan keluarga kita juga ikut terjebak dalam middle income trap. Nah, mulai sekarang bisa merencanakan keuangan dengan lebih baik supaya terhindar dari middle income trap.


Diawali dari perencanaan keuangan yang baik, rencana investasi juga proteksi akan membuat kehidupan keluarga lebih tenang. Jadi, para keluarga milenial harus segera merencanakan keuangan mulai dari sekarang juga. Pokoknya, jangan tunda lagi #Yuk, Atur Uangmu agar bahagia kemudian.







Referensi:
1. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/21014-penghasilan-kelas-menengah-naik-potensi-pajak diakses 18 September 2017


16 comments on "Keluarga Milenial: Waspadai Middle Income Trap"
  1. Makasi Shiva buat pengingatannya..biar jadi mamak2 cerdas,keluarga bahagia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, sama-sama kak... emak selalu mesti update ilmu yaa. Apapun judulnya.. :D

      Delete
  2. Hai mbak Shiva.
    Nice sharing. Tapi jadi kepikiran, trus kapan waktu yang tepat buat kita naikin standar kebutuhan konsumtif, misal dari hp cina ke iphone? Namanya manusia pasti kan pengen apalagi merasa gajinya uda naik ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertanyaan itu bisa dijawab sendiri sih menurutku, kalau upgrade handphone memang penting dan dibutuhkan ya bisa direncanakan kan, kapan waktunya beli yang baru, bukan impulsif yang tahu-tahu besok mau beli. Gitu aja sih kalau aku mah.. :)

      Delete
  3. Kalo prinsip saya ga akan jalan-jalan means traveling sebelum tabungan mencapai target.... Karena aku merasa ga oke banget kalo instagram aku banyak foto liburan tapi faktanya uang tabungan nihil (apa hubungannya coba?)
    Anyway thanka sharingnya ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. prinsip yang oke banget mbaak,, iya sama-sama mbak

      Delete
  4. Thanks sharingnya. Jadi pengen check up keuangan lagi, semoga sehat2 aja. Kadang senyum2 aja karena teman menganggap saya gak banyak jajan, padahal hanya prioritas keuangannya saja yang beda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup, gak perlu nurutin gaya hidup kalau kita sendiri gak merasa itu penting.

      Delete
  5. Manusia pada prinsipnya memang 'memiliki keinginan tak terbatas' ya.. Padahal faktanya 'kebutuhannya terbatas kok, keinginannya yg unlimited' �� sy sendiri type yg percaya bahwa sepintar apapun manusia mencari uang kalo ga bs kontrol keinginan maka hasilnya nihil.. �� btw, nice sharing mba.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat dengan mbak, makanya kita mesti pintar-pintar atur keinginan dan kebutuhan yaa,, sama-sama mbak :D

      Delete
  6. Kdg gak perlu nunggi gaji naek pun, ada aja godaan buat beli barang2 konsumtif. Huhu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. apalagi kalau udah berhubungan sama belanja online yaaa... tinggal love, klik beli terus tau-tau aja jajannya banyak heheee

      Delete
  7. betul euy ketika penghasilan meningkat seiring pula pengeluaran dua kali lipat. salam

    ReplyDelete
  8. Ada 1 temen kantorku yg walo gaji hanya middle, tp gaya hidup udh kyk sosialita. Akibatnya, hutangnya banyak bener. Krn beli aneka peralatan yg mewah2 itu dia sampe ngutang.

    Aku dan suami sbnrnya tipe boros mba. Kita rutin traveling. Tp kita sadar kalo skr jg punya 2 anak. Ga pengenlah anak2 ntr menderita hidupnya. Makanya kita maksain utk punya asuransi proteksi utk anak2. Sekalian aja pilih yg premi tinggi supaya uang pertanggungan utk anak2 jg besar. Ini supaya kalo kenapa2 dgn aku dan suami, anak2 terjamin sekolahnya sampe kuliah.

    Trs kita masukin uang utk investasi reksadana, emas dan forex. Utk tabungan kita ga pgn RUpiah krn mikir inflasi aja sih. Makanya lbh cendrung ke forex. Lagian lgs mikir kali, mau ditarik kan sayang krn ada beda kurs :p.

    Tra baru deh tabungan traveling. Krn gimanapun having fun ama keluarga ttp hrs ada.

    Jd intinya rupiah kita sediain hanya utk keperluan bulanan. Spy ga kegoda ama hal2 ga ptg.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waahh keren mbaakk,, bolehlah aku belajar dari pengalaman reksadananya nih?? aku juga pengen nyobain tapi belum berani haha cupu nih.. wkwk...

      Delete

Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..

Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya