Library Journey: Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Selatan

22:31
Apakah yang terbayang ketika kamu mendengar kata perpustakaan?

Sebuah tempat yang penuh dengan bukukah?

Sebuah tempat yang membosankan?

Atau sebaliknya perpustakaan merupakan tempat yang menyenangkan selain di depan layar handphone atau laptop.


Kalau bagi saya sih, sama seperti kata Mr. Borges, perpustakaan merupakan surga, sepakat bangetlah, wkwk...



Nah, pertanyaan yang cukup menggelitik juga nih, "kapan terakhir kali kamu ke perpustakaan?" 


Udah, jawab dalam hati aja kok, gapapa..


Tak bisa dipungkiri keberadaan perpustakaan dulu begitu dibutuhkan bagi pembaca buku atau sumber bacaan lainnya untuk mencari informasi. Namun, sekarang segalanya berubah sejak ada mesin pencari Google di internet. Tak perlu susah payah mencari jawaban sebab sekarang semuanya tinggal ketik dan taraaammm keluar deh jawabannya.  


Well, internet is kinda magic which truly happens. I admit it. 



Perpustakaan daerah Jakarta Selatan ini terletak di jalan Gandaria Tengah V No. 3. Lebih tepatnya di dekat kantor Kelurahan Kramat Pela. Tempatnya berada di tengah komplek perumahan dan tepat di depan taman.


Saat memasuki gedung di sebelah kanan kita akan disambut oleh petugas di meja resepsionis (yang multifungsi juga sebagai tempat pendaftaran dan peminjaman). Pertama ketika datang petugas akan meminta untuk mengisi buku tamu dan memberikan kunci loker.




Di lantai satu merupakan tempat bacaan anak-anak. Dari luar, sudah terlihat meja dan kursi beraneka warna. Sebelumnya, kita menyimpan dulu tas dan sepatu. Tas dapat disimpan di loker tetapi sepatu berhubung tak tersedia rak terpaksalah saya simpan di dalam loker juga. Memang tempat yang mengharuskan melepas sepatu baiknya disediakan rak sepatu.
 

Di ruang baca anak tersedia berbagai buku cerita bergambar baik terbitan dalam maupun luar negeri. Mulai dari board book maupun paperback. Inilah yang bikin hati saya berbunga-bunga saking senangnya sesaat melihat jejeran buku di rak perpustakaan. Haha... Dasar naluri bookworm yah gitulah.


Saya ambil beberapa buku yang menarik seperti seri cerita hewan dari Mizan, dan dua board book versi luar. Selain itu, juga ada mainan boneka, boneka tangan, permainan aktivitas balok-balok berwarna juga flash card, eh iya ada juga banyak box logico logo loh! Saya aja sampe kaget sebenernya, bingung saking banyaknya, haha!


Banyak mainan begini tapi yah agak kurang terawat. Mainan yang tidak lengkap karena terpisah atau tercecer dengan mainan lain.


Saat memilih buku lain di rak saya kagetlah "kok ini pada robek, rusak bagian bukunya?"
Yah, sangat disayangkan buku pop up bagus gini udah sobek hiasan pop up-nya. 


Disitu saya merasa teriris, iyalah.. sedih kenapa rusak dan didiamkan saja? Entah tanggung jawab siapa kerusakan buku-buku ini tetapi hampir membuat gimana ya bukan gak layak baca tapi ya jadi sulit dibaca karena isinya sebagian hilang. Apa yang mau diceritain kalau gak ada bagiannya?


Hal ini berbeda dengan perpustakaan umum di Manchester dan Melbourne, berdasarkan cerita dari teman saya yang pernah ke perpustakaan umum buku yang tersedia kondisinya baik dan layak baca. 


Ada beberapa yang tercoret atau sedikit sobek tetapi tidak ada yang sampai halamannya rusak dan hilang hingga tidak bisa dibaca karena ceritanya tidak utuh lagi. Jujur, saya agak kecewa karena saya memilih buku cerita untuk dipinjam hanya memeriksa sekilas. Setelah di rumah ternyata, kondisi bukunya ada halaman yang hilang sehingga ceritanya tidak diketahui seperti apa. 


Yha... sudahlah.. Bahkan buku yang saya pinjem juga hampir belah jilidannya, duh yaa.


Kalau kondisi buku rusak seperti itu bagaimana ya pihak perpustakaan menanggapinya? Terus siapa yang diminta tanggung jawab? Saya setelah bercerita pada suami jadi bertanya-tanya bagaimana perawatan buku di perpustakaan kalau ada buku yang kondisinya tidak layak baca gini. 


Selain itu, buku di rak buku anak ini juga agak berantakan (karena mungkin belum sempat dibereskan ya). Ada buku yang harusnya jadi satu rak tiba-tiba ditaruh di rak lainnya.


Ini sebenarnya kalau membaca buku apakah dikembalikan sama bocahnya atau petugasnya ya? Saya ingat kalau dulu di kampus sih dikembalikan sama petugasnya, kita setelah baca ya cukup taruh di meja. Begitu juga dengan perpustakaan di kedua kota yang saya sebukan di awal, sama setelah selesai membaca cukup ditaruh saja nanti akan dirapikan oleh petugas yang sudah stand by di tiap bagian.


Saya sempat norak juga mendengar cerita bahwa di Mancester dan Melbourne itu perpustakaannya canggih, hahaa....


Jika mau pinjam buku maka cukup ambil buku, scan kartu anggota dan  buku ke mesin, selesai. Silakan bawa pulang bukunya.


Begitu juga jika ingin mengembalikan buku, cukup scan kartu pilih kembalikan buku dan perkara meminjam selesai. Melalui self service ini, petugas cukup stand by di lokasi mesin scan untuk membantu jika ada yang kesulitan untuk menggunakan self service kios, komputer, dan mau mendaftar jadi anggota.


Enak yah? Enaklaaa... 

Inggris dan Australia bisa membuat sistem pengoperasian perpustakaan sedemikian canggih dan efisien disebabkan sudah menjadi budaya mereka untuk bertanggungjawab terhadap fasilitas publik.


Sayangnya hal yang demikian agak sulit ditemukan di Indonesia. Ya, entah yang meminjam ataupun petugasnya perlu untuk memperhatikan kondisi buku yang dipinjam, harusnya ya harusnya sih. Tetapi ya, apa daya budaya cuek dan kurangnya sense of belonging terhadap fasilitas publik membuat betapa banyak pun buku di perpustakaan umum milik pemerintah daerah DKI Jakarta ini akan tetap tidak dijaga.

Sudahlah, tak perlu menghakimi lebih lanjut haha.. capek nanti weks.


Akhirnya, saya sekalian mendaftar jadi anggota perpustakaan. Syaratnya mudah kok, hanya selembar fotokopi dari KTP atau KK. Nah, setelah isi formulir kita akan difoto langsung dari webcam untuk pembuatan kartu. Sayangnya pas saya daftar itu mesin cetak kartunya lagi rusak. Jadi, belum memiliki kartu yang ada fotonya langsung, huhu...

Lalu, saya pun terkaget bahwa jumlah buku yang dipinjam hanya dua buah saja.

 APA!!!????
                     
WOOOW!!!


Apa-apaan?? Dua mah masih terlalu sedikit ya. Apalagi kalau buku-buku bacaan anak dan novel-novel ringan yang bisa sehari kelar, jumlah dua buku itu sangatlah kurang. Saya kurang paham ya, alasannya kok cuma segitu?? Padahal buku juga banyak diraknya.

Masa peminjaman maksimal dua minggu, jika terlambat ada dispensasi dua hari gitu ya kalau saya tak salah dengar dari penjelasan petugasnya. Tapi ya biasa kalau telat kembali akan kena denda.


Saya kurang paham ramai atau tidaknya pengunjung perpustakaan karena memang tidak terlihat statistik data pengunjung yang dipajang di perpus. Mudah-mudahan semakin banyak dan ramai.


Di Melbourne jumlah buku yang dipinjam bisa sampai limapuluh buku. Saya sampai kaget saat tahu hal itu, wkwkwk *Norak (in other word). Silakan lihat screenshoot web public library Melbourne dari temen saya.


Total 50 buku bisa dipinjam dari perpustakaan

Gimana enggak WOW ya? Haha.... Minjem buku sampe kalap dah...hahaa...


Kalau di Manchester, maksimal jumlah buku yang bisa dipinjam delapan buku selama tiga minggu. Selain itu, bisa diperpanjang sampai maksimal empat bulan secara online tanpa harus datang ke perpustakaan.

Sebenarnya sih sistem model perpanjangan online ini dipakai juga di perpustakaan Kampus UI Depok bagi mahasiswa. Tapi berhubung saya udah alumni juga jadi kurang paham deh bagaimana prosesnya.

Tambahan lagi cerita di Melbourne itu perpustakaan aktif mengadakan kegiatan untuk anak-anak seperti story time, rhyme time dan juga holiday activity.


Kelihatan ya, bagaimana pemerintah membangun perpustakaan menjadi sebuah pusat ilmu bagi siapapun dan usia berapapun. Melalui kegiatan untuk anak-anak inilah benih kecintaan terhadap ilmu dan buku ditanamkan. Benar kata Kate DiCamillo bahwa menampilkan kegiatan membaca untuk anak bukan sebagai tugas atau kewajiban tetapi tawarkan sebagai sebuah hadiah berharga.




Ketika membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan maka membaca tidak akan lagi menjadi beban. Inilah juga yang saya coba tanamkan kepada Kristal sejak sekarang. Mengajaknya ke perpustakaan melihat buku yang jauh lebih banyak daripada di rumah. Mengenalkannya lagi lebih dekat dengan perintah wahyu pertama yang dirisalahkan pada Rasulullah, Iqra.. Bacalah...

Besar harapan saya untuk perpustakaan umum daerah yang dikelola Pemerintah DKI Jakarta ini, salah satunya adalah mengadakan kegiatan khusus anak-anak. Semoga kedepannya pengelolaan perpustakaan semakin berbenah lebih baik lagi.


Bener deh, main ke Perpustakaan? ENGGAK RUGI KOK! hehe..


Saya jadi makin penasaran jalan-jalan ke perpustakaan lain di Jakarta. Jadi, postingan jalan ke perpustakaan akan saya kumpulin ceritanya di Library Journey yaaaa....
7 comments on "Library Journey: Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Selatan"
  1. Fix harus ke sini! Lebih dekat sama rumahku karena Perpusnas sekarang udah jauh banget. Kaaak, kapan-kapan ngeblog bareng doooong, dekat kan kita rumahnya? XD

    Bikin collaborative post gituuu yuk. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyalah yu, yg deket2 aj askg mainnya biar efisien dan irit hahay :D

      Delete
  2. Waaaa selatan punya perpustakaan daerah. Lumayan deket ini tinggal Gojekan.

    Btw alumni jaket kuning juga ya kak? Dulu fakultas apa? Aku di Fisip :))

    Nice sharing!

    www.iamandyna.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku juga grab bike ke perpus dari rumah.. iyes dulu kuliah di FIK.. wkwkw.. toss dulu ah XD

      Delete
  3. Semoga Perpustakaan punya pemerintah ini bisa juga memperpanjang jam bukanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi.. iya ya mbak, supaya bisa berlama-lama baca buku :)

      Delete
  4. Waktu itu mau ke perpus d jkt..gagal gara2 tutup.. yg ini boljuug 😆

    ReplyDelete

Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..

Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya