Alhamdulillah, Marhaban Ya Ramadhan. Bulan suci Ramadhan hanya tinggal hitungan jari. Ibadah puasa Ramadhan menjadi kewajiban bagi setiap orang Islam yan beriman. Ya orang beriman sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 183. Soalnya juga, banyak sih yang Islam tapi kurang iman gitu jadi ya gitulah, heheh. 😁

Baiklah, pasti yang dinanti selama Ramadhan tentunya ibadah-ibadah kita yang dilipatgandakan pahalanya. Ibadah spesial seperti shalat tarawih berjamaah, puasa dengan ritual sahur dan berbuka, tentunya menjadi ciri khas bulan suci ini. Bayangan es buah segar dengan sirup sudah ada di dalam kepala. Tidak lupa juga, beraneka cemilan dalam bentuk gorengan seperti pisang goreng, bakwan, tahu isi, risoles dan lainnya sudah pasti menjadi menu pelengkap berbuka puasa.



Ramadhan ibarat lari maraton. Panjaang dan lama kan ya bayangin aja 42 km haha, kalo enggak bener latihannya bisa kalah duluan tuh. Nah, karena itu selama ramadhan kita perlu strategi, disiplin dan fokus pada tujuan supaya menang. Selama berlatih, ternyata apa yang kita makan dan bagaimana cara kita makan berpengaruh pada perlombaan maraton ramadhan ini. Bisa jadi mudah atau makin susah, kok bisa ya? 



Jika membicarakan gizi anak maka yang terpikir pertama kali adalah berat badan anak. Tentu berat badan anak menjadi hal penting yang memang dijadikan sebagai parameter status gizi anak. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk memantau berat badan anak secara berkala.   


Venue




Semua orang tua ingin agar anaknya memiliki masa depan yang baik. Salah satu hal yang menentukan adalah tumbuh kembang anak sesuai dengan tahap pertumbuhan pada usianya. Tumbuh kembang yang optimal di masa kecil menjadikan anak tumbuh sehat menuju masa dewasanya. Anak-anak pada masa kecilnya rentan terhadap gangguan kesehatan, salah satunya adalah berat badan kurang (underweight). Hal ini diketahui dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, bahwa tingkat prevalensi underweight masayarakat Indonesia cenderung meningkat dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi 19,6% pada 2013. 




Setiap ibu yang menyusui anaknya mesti punya cita-cita ingin menyusui penuh sampai usia anak dua tahun atau bahkan lebih. Ya enggak apa-apa, toh kan yang nyusui ibunya kenapa orang lain rempong? Haha.. Menyusui itu masuk hukumnya wajib bagi ibu sebab itu merupakan pemenuhan haknya anak. Betul apa bener? Jadi, enggak masalah dengan cita-cita menyusui sampe dua tahun. Saya sendiri juga pas menyusui Kristal juga punya harapan yang sama. 


 

Begitu juga dengan kampanye berikan ASI ekslusif sampai dua tahun sejalan baik perintah Allah dan juga anjuran Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Sayangnya, semua yang pro ASI mengkampanyekan ibu-ibu menyusui tapi enggak ada yang mengkampanyekan cara menyapih dengan cinta ahahahaa... Mamam deh gue! Gimana ini melepas nenen dari anak? 


Menyusui sih seneng-seneng aja, etapi pas mau deket-deket waktunya menyapih pusing langsung kepala emak! Haduh, kok ya gini amat. Semua pada menyuruh kasih ASI tapi pas mau ngelepas ASI enggak ada yang bisa jelasin gimana caranya menyapih dengan cinta. Enggak ada yang bisa dijadikan petunjuk buat jadi pakem pedoman menyapih sebagaimana memberikan ASI yang ada pedomannya, teori maupun praktik. 


Sebenarnya saya sangat menyayangkan hal ini. Padahal menyapih juga kan bagian dari menyusui pokoknya sepaketlah, elo kalo menyusui pasti lo bakal nyapih kan? Gak mungkin enggak nyapih lololo... Pusing dah.




Nah, yang jadi sumber masalah adalah pilihan-pilihan cara menyapih anak dari ASI dari nenen dari Payudara emak! Itu semua kira-kira sama maksudnya. Kalo jaman saya, mamah saya ngasih yang pahit-pahit biasa sih disebut brotowali. Nah, si Broto ini dioles ke puting ibu supaya pas mimik, anak merasakan pahit lalu dia jadi berenti ((karena trauma)) *Harap DICATAT karena TRAUMA dan enggak mau mimik lagi.